Lanjutan dari Part 1….

HARI KE-2

Rencananya, kita pengen lanjut jalan-jalan dan makan siang namun karena hujan nya lebat kita putuskan balik hotel naik Grab (harganya 35k vnd / 22k). Seperti biasa, agak susah cari Grab saat hujan, setelah beberapa kali di reject, akhirnya ada Grab yang datang juga (yey…).

Bánh mì

Sampai di hotel, kita langsung pesan makan siang lewat ojek online. Kali ini kita pengen nyobain salah satu street food paling ikonik di Vietnam yaitu Banh mi (roti Sandwich lapis). Ini juga merupakan salah satu makanan favorit aku yang pertama kali aku coba di restoran Vietnam di Sydney. Dari situ langsung masuk bucket list kalau jalan-jalan ke Vietnam. Roti yang digunakan terlihat seperti roti baguette yang merupakan roti khas Prancis. Karena memang roti yang digunakan diperkenalkan oleh Prancis pada masa kolonial di abad ke-19. Dimana dulu Prancis mengimpor/ membawa berbagai bahan makanan mereka dari Prancis untuk kebutuhan makanan sehari-hari. Saat Prancis menarik pasukan / tentara mereka dari Vietnam untuk membantu Prang Dunia ke-2, roti Baguette ini menjadi sangat mudah dan murah untuk dijangkau oleh masyarakat lokal di Vietnam. Kemudian penduduk setempat mengadopsi banh mi ke dalam budaya kuliner mereka dengan berbagai variasi isian. Bahkan roti ini dibuat dengan menggunakan bahan-bahan lokal yang tersedia di Vietnam seperti tepung terigu yang dihasilkan dari sumber gandum setempat. Sungguh perpaduan yang unik antara warisan Prancis dan cita rasa Vietnam.

Kita nyobain nya dari tempat jualan Banh mi yang begitu populer dari kalangan turis yaitu Banh Mi Huynh Hoa. Tempat ini rame apalagi pas jam makan siang dan khusus jualan Banh mi, harganya 70k vnd (Rp 44k) per porsi. Padahal pengen banget lihat tempatnya, apa boleh buat saat itu hujan lebat dan lumayanlah nunggu di hotel (bisa rebahan) kalau antri panjang. Pertama kali makan Banh mi yang tebal banget, banyak jenis isian dagingnya yang biasanya babi (pate, abon, 4 jenis cured meats seperti ham, dsb), sayuran (mentimun, acar wortel & lobak, daun ketumbar/ corriander, daun bawang, dsb), dan spesial saosnya. Rotinya lembut didalam dan renyah diluar. Kombinasi nya enak banget dan biasanya disajikan agak pedas karena ada potongan cabe ijo nya yah. Jadi kalau kalian yang tidak suka pedas, kalian pesan yang tanpa cabe yah. Begitu juga yang muslim atau yang tidak makan daging babi, ada koq tempat yang jualan Banh mi yang menggunakan isian daging ayam atau tanpa babi. Ternyata saat jalan-jalan menyusuri jalanan di HCMC banyak juga yang jualan Banh Mi ini di pinggir jalan, bahkan jauh lebih murah meriah dan enak juga, sekitar 20-25 vnd (13k-16k Rupiah) per porsi.

Banh Mi Huynh Hoa ($$$). Buka setiap hari jam 6am-10pm.

Waterbus

Hujan mulai berhenti, lanjut lagi naik Grab dari hotel ke Dermaga Bach Dang sekitar 2km, tarifnya 40k vnd (Rp. 25k). Kali ini kita akan menyusuri Sungai Saigon (Saigon River) dan menikmati keindahan kota Ho Chi Minh dari perspektif yang berbeda. Waterbus ini merupakan salah satu transportasi umum yang digunakan oleh warga lokal jadi tarifnya murah meriah, sekali jalan hanya 15k vnd (Rp. 9500) per orang jauh dekat. Di dermaga Bach Dang ini terdapat loket untuk membeli tiket dan jadwal keberangkatan beberapa stop/ pemberhentian waterbus. Sampai di dermaga ini jam 4 sore, namun slot yang selanjutnya ada di jam 6 sore karena diantaranya sudah full. Kita beli tiket pulang-pergi dari dermaga ini dan turun di Dermaga Binh An (stop nomor 4). Sebenarnya kita pengen sampai di stop nomor 10 (pengen lihat saja), namun ketersedian untuk stop 10 & 11 tidak banyak sama sekali. Paling banyak Stop 1 (dermaga keberangkatan) dan stop nomor 4. Untuk lebih lengkap kalian bisa cek jadwal fix waterbus nya di website mereka disini.

Saigon Waterbus

Kita dapat tiket pergi pulang yang jam 6pm dan 6.30pm. Terdapat nomor tempat duduk di tiketnya, namun katanya tidak berguna karena kita bisa duduk dimana saja yang kosong. Namun karena waktu itu jam 6 sore, tidak banyak orang yang naik di Waterbus, jadi kita duduk random saja, yang mana yang punya pemandangan yang bagus. Di beberapa tempat duduk tertentu terdapat akses ke jendela yang bisa kita buka, namun hati-hati yah kalau foto lewat jendela hp kita kecebur di sungai (hehe). Di dalam waterbus nya juga terdapat toilet dan bar kecil yang jual minuman dan snack. Kursi di deck belakang yang paling populer, bisa lihat pemandangan lebih mantap. Setelah 15 menit berlayar, akhirnya sampai juga di Dermaga Binh An. Disini kita hanya nunggu sekitar 10 menit sambil foto-foto dengan latar belakang sungai Saigon, bangunan bertingkat, dan yang paling mencolok yaitu Landmark 81 (bangunan tertinggi di Vietnam, tinggi 462.2m, 81 tingkat). Di Dermaga ini sepi, hanya kita dan beberapa orang yang transit disini yang meramaikan suasana, dan terlihat hanya ada beberapa orang yang jualan gitu.

People Committee Building

Masih ada waktu 2 jam sampai waterbus kita datang, kita naik Grab lagi ke Nguyen Hue Walking street, harganya 32k vnd (RP. 20k) untuk 900m. Sebenarnya kita bisa saja jalan kaki sekitar 15 menit menurut google map, namun karena sudah agak mendung, jadi kita naik Grab supaya lebih cepat sampai dan masih ada waktu jalan-jalan sebelum hujan. Di salah satu ujung jalan ini kita bisa lihat bangunan peninggalan Prancis yang indah dan megah yaitu People Committee Building. Bangunan ini dibangun pada awal abad ke 19 sebagai markas besar pemerintahan kolonial Prancis lalu sempat menjadi markas besar pemerintah Vietnam Selatan saat Perang Vietnam. Sekarang tempat ini merupakan Kantor Pemerintahan Lokal/ Balai kota. Karena itu kita tidak bisa masuk ke dalam, jadi kita hanya mengagumi keindahan arsitekturnya dari luar saja. Kalau kalian suka sama bangunannya, kalian harus lihat bangunan ini pada malam hari, saat lampu-lampunya dinyalakan, bangunannya akan terlihat indah. Di depan bangunan ini terdapat taman hijau, patung ‘Ho Chi Minh’, dan tidak jauh dari sini terdapat fountain/ air mancur dengan bunga Lotus (Vietnam’s national flower) merah muda di tengah nya. Malam hari akan lebih hidup dengan lampu-lampu yang dinyalakan, looks really nice.

Nguyen Hue Walking Street

Selanjutnya, kita jalan-jalan menyusuri Nguyen Hue Walking Street ini. Ternyata jalan ini ramai banget dengan kendaraan bermotor, lumayan juga ada warga lokal maupun turis yang berfoto-foto dan nongkrong disini. Semakin malam semakin ramai, namun agak tergangu jalannya karena rupanya ada akan ada event besar di sepanjang jalan ini. Mereka lagi persiapan membangun bangunan sementara disini karena memang sedang musim hujan. Dipinggir jalan ini terdapat restoran, cafe, Union Square shopping mall, hotel, dan sebagainya. Ada juga Cafe Apartment yang populer disini. Bangunan apartemen lama yang diubah menjadi kumpulan cafe estetik.

Cafe Apartment

Bánh Xèo

Akhirnya selesai juga jalan-jalan hari ini, lanjut balik Hotel untuk makan malam. Karena sering hujan, kita lebih sering pesan makan lewat Grab food. Makan malam kali ini kita nyobain salah satu street food populer di Vietnam yaitu Vietnam Pancake/ Crepes atau Bánh Xèo, harganya 38k vnd/ Rp. 24k per porsi. Xeo artinya mendesis karena memang adonannya di masak di penggorengan yang panas dan memberikan suara mendesis. Adonan pancake nya terbuat dari tepung beras, air, dan kunyit yang buat warnanya kuning. Terlihat seperti telur dadar yah, namun ternyata rasanya mirip juga loh. Isian pancakenya ada toge dan udang. Namun bisa juga bervariasi seperti irisan daging rebus, daging babi cincang, daun bawang, dan sebagainya. Awalnya bingung yang datang bukan hanya pancake, namun ada juga rice paper (kertas nasi), selada, ketimun, irisan mangga mengkal, daun mint, daun kemangi, dan berbagai dedaunan lainnya. Ternyata ada cara makannya, pancake dan berbagai sayuran dan dedaunan digulung dengan kertas nasi lalu dicelupin di dipping sauce nya (Nuoc Cham). Wow, enak juga dan sehat. Aku suka saus ikannya, ada rasa manis, kecut, dan sedikit pedas.

Bánh Tráng Nướng

Masih lapar, kita nyobain yang lain, Vietnamese Pizza (Bánh Tráng Nướng), harganya 30k vnd (Rp. 19k) per ea. Base pizza nya menggunakan kertas nasi Vietnam dan isiannya merupakan campuran dari telur ayam yang dikocok dengan daun bawang dan protein. Proteinnya bisa dipilih bisa ayam suir, abon daging babi, dagin sapi cincang, udang, dan sebagainya. Lumayan snack yang buat kenyang. Aku makan dua yang isian ayam dan abon babi. Jujur yang abon babinya lebih enak, ada rasa pedasnya seperti abon di roti abon yang dijual di toko roti di mall di Indonesia.

HARI KE-3

Cu Chi Tunnel

Hari ke tiga, kita join open trip dari Klook ke salah satu tempat yang populer dan ramai dengan wisatawan di Vietnam yaitu Cu Chi Tunnels. Kita pesan dan bayar online dua hari sebelum hari tur nya. Harganya Rp. 282k per orang (big group lebih dari 12 orang), sudah termasuk antar-jemput dari/ke penginapan kita (hanya yang tinggal di distrik 1), pemandu wisata (tour guide), private bus, aqua botol (1ea/orang), dan biaya masuk 125k vnd per orang (tiket masuk kawasan Cu Chi Tunnel dan trowongan). Tempat wisata historis Cu Chi Tunnel ini dibuka setiap hari dari jam 7am-5pm.

Sehari sebelum, kita dapat sms dari tour guide untuk konfirmasi alamat hotel untuk penjemputan dari hotel dan beberapa hal yang disarankan untuk dibawa. Karena musim hujan kita disarankan bawa payung, jas hujan, dan sendal, namun untungnya selama trip tidak hujan sama-sekali, bahkan panas terik. Disarankan bawa lotion atau spray anti nyamuk karena kita akan berada dalam hutan belantara, namun aku tidak pakai sama sekali dan tidak berasa ada nyamuk.

Kita dijemput di depan hotel jam 7.55 pagi dengan bus besar warna biru dan langsung disambut oleh pemandu lokal kita namanya ‘Thuyen’, yang menggunakan kaos pink berlogo TNK Travel. Setelah itu, kita masih berhenti di beberapa hotel untuk jemput peserta tur lainnya, sebelum menuju Cu Chi Tunnels. Pagi itu total peserta tur berjumlah 19 orang dari berbagai negara (Indonesia, Malaysia, Korea Selatan, Inggris, Jerman, dan Australia) dan ada juga satu keluarga dari Kalimantan, Indonesia. Seru banget, awal perjalanan, kita diajarin tentang beberapa kata umum dalam bahasa Vietnam & cara pengucapanya yang tepat, di briefing apa saja yang akan kita lakukan selama tur, dan diceritakan tentang sejarah Vietnam & Perang Vietnam.

Setelah 45 menit naik bus, kita tiba di tempat pemberhentian sementara (rest area). Hanya sekitar 20menitan kita berhenti disi, kita ke toilet lalu barengan ke ‘fine art painting workshop’ yang berada tepat disamping toilet. Disini, kita diajak pemandu setempat bagaimana proses painting yang mereka kerjakan disini dimana menggunakan kulit telur bebek, kulit kerang, dan sebagainya. Mereka juga punya toko souvenir yang menjual berbagai hasil painting yang dibuat disini maupun yang tidak. Mereka juga menerima donasi kalaupun kalian tidak membel, inipun opsional. Karena yang spesial di tempat ini adalah seniman yang diajarkan membuat painting ini merupakan generasi ke-2 dari ‘agent orange’ atau paska perang Vietnam. Setelah itu kita ngumpul di cafe di seberang workshop nya, nunggu yang lain. Sambil nunggu ada yang beli minuman dingin maupun makan. Anw pilihan makanan, minuman, dan snack nya terbatas namun harganya tetap bersahabat. Untungnya kita sudah makan kenyang dari hotel jadi tidak pusing cari makan, jadi mending makan pagi sebelum tur dimulai. Kemudian, lanjut lagi 45 menit naik bus ke destinasi utama yaitu Cu Chi Tunnels.

Tempat ini adalah kompleks terowongan bawah tanah yang bersejarah dan terkenal karena dianggap sebagai salah satu kunci kemenangan Viet Cong (tentara Vietnam) melawan Amerika pada Perang Vietnam tahun 1955-1975. Terdapat 2 lokasi Cu Chi tunnel yaitu Ben Dinh dan Ben Duoc. Ben Dinh adalah lokasi yang terdekat dengan pusat kota Saigon sekitar 45km dan lebih populer/ ramai. Katanya dulu Ben Dinh adalah lokasi pertempuran yang sering terkena serangan musuh jadi beberapa bagian yang rusak dibuat ulang untuk turis. Sehingga beberapa bagian dibuat lebih besar ataupun lebar untuk keperluan wisata. Sedangkan Ben Duoc lokasinya lebih jauh sekitar 55km dari Saigon dan memiliki sebagian dari sistem terowaongan asli dengan luas sekitar 100 hektar (sangat jauh lebih luas dari Terowongan Ben Dinh). Dulunya area ini dipakai sebagai kantor pusat untuk merancang strategi dan tempat sebagian besar aktivitas sehari-hari.

Tur kita ke lokasi Ben Duoc. Sesampainya di lokasi, kita baru dapat aqua botol per orang untuk dibawa selama di dalam area Cu Chi Tunnel. Sebelum masuk, kita diberikan waktu ke toilet dan jalan-jalan disekitar intu masuk sambil menunggu pemandunya urusin tiket masuk kita. Setelah itu kita diberikan stiker untuk ditempelin dibaju kita saat melewati pintu masuknya. Tur dimulai dengan memasuki area hutan belantara dan berhenti di 3 patung tentara Vietnam (Viet Cong). Disini kita melihat pakaian yang digunakan tentara Vietnam pada masa Perang Vietnam dulu. Ada dua warna yang digunakan, yaitu warna hijau supaya bisa menyatu dengan alam/ pepohonan berguna untuk bersembunyi dari musuh dan warna hitam khusus dipakai malam hari supaya kasat mata yah saat keluar dari tempat persembunyian mereka.

Pemberhentian selanjutnya kita diperlihatkan peta area peperangan lengkap dengan map base militer Amerika dan base tentara Vietnam. Dijelaskan juga tentang sistem terowongan bawah tanah yang dibangun secara manual oleh tentara dan masnyarakat Vietnam zaman Perang Vietnam. Setelah itu kita dibawah ke beberapa tempat masuk ke terowongan Cu Chi. Kita juga melihat beberapa spot bekas ledakan bom peninggalan perang.

Kita bisa mencoba masuk ke salah satu lubang/ pintu masuk ke terowongan yang terlihat tersembunyi dan tersebar di beberapa titik di hutan ini. Ditunjukan juga berbagai jenis jebakan yang dibuat Viet Cong. Lalu kita diberikan kesempatan untuk masuk ke terowongan sepanjang 50 meter, yang didampingi dengan guide lokal dari Cu Chi Tunnels. Namun kalau kalian tidak sanggup sampai 50meter, ada jalan keluar setiap 10 meter. Aku hanya sanggup sampai 30 meter saja yah permirsa, sempit, gelap, dan panas banget didalam terowongan, seperti berada di sauna. Tidak bisa berdiri tegak juga, kita harus jalan jongkok, merangkak, dan membungkuk. Di dalam terowongan ditunjukan beberapa ruangan yang besar dan penting seperti ruang pertemuan untuk membahas strategi perang, rumah sakit, dan sebagainya. Disini kita belajar, bagaimana kehidupan didalam terowongan bawah tanah ini begitu sulit, dimana mereka kekurangan makanan dan air, bahkan terowongan juga dipenuhi binatang-binatang seperti semut, ular, laba-laba, kajengking, dan hewan lainnya. Bahkan wabah malaria sempat merajarela disini dan merupakan penyebab kematian terbesar kedua setelah luka akibat perang.

Terowongan nya berliku dan luas, dengan jalan masuk dan keluar yang kecil sesuai dengan ukuran tubuh orang Vietnam yang kecil. Terowongan ini total panjangnya 120km, terkononeksi, dan bahkan terdapat berbagai fasilitas di dalamnya yaitu dapur umum, rumah sakit, sekolah, tempat pembuatan senjata, dan sebagainya. Terdapat juga saluran udaranya supaya masih bisa bernafas dengan lega di bawah tanah. Terowongan yang luas ini bahkan ditempati oleh 10k orang termasuk tentara, wanita dan anak-anak. Awalnya terowongan ini dibangun pada tahun 1948 sebagai tempat persembunyian ketika Vietnam masih dijajah oleh Prancis pada tahun 1945-1954. Selain terowongan, Viet Congs (sebutan untuk tentara Vietnam) juga membangun banyak jebakan/ perangkap sebagai bagian dari taktik perang Gerilya yang dipakai saat perang Vietnam melawan Amerika. Beberapa kali tentara Amerika mencoba untuk menghancurkan terowongan ini dengan berbagai cara seperti bom, gas beracun, dan sebagainya. Namun terowongan legendaris ini begitu kuat dan sulit untuk dihancurkan, karena katanya di hutan ini terdapat banyak pohon bambu dengan akar yang kuat membantu membuat terowongan ini menjadi kokoh dan tahan.

Ruangan Pertemuan untuk Susun strategi didalam Trowongan Cu Chi

Shooting Range

Dibagian akhir tur Cu Chi Tunnels, kita juga mencicipi salah satu makanan yang dimakan oleh Viet Cong saat perang yaitu ubi jalar dan minumnya teh tawar. Lalu kita diberikan pilihan untuk hiburan Shooting range. Karena paling banyak peserta tur mau nyobain shootin range, kita langsung menuju tempat pembelian peluru yang berada dekat Cu Chi Tunnels. Kita beli peluru untuk senjata M16 (buatan Amerika), minimal pembelian 10 peluru harganya 600k vnd (Rp. 378k). Peserta tur yang lain nyobain yang senjata laras panjang AK47 buatan Rusia. Setelah itu, kita menuju tempat shooting range nya dan ternyata seru juga pengalaman pertama main tembak-tembakan. Suaranya kencang banget, jadi kita harus pakai headphone gitu untuk peredam suara.

HARI KE-4

Ben Tanh Market

Hari terakhir di Ho Chi Minh City, kita berkunjung ke Ben Tanh Market. Tempat ini merupakan salah satu pasar terbesar dan terkenal sebagai salah satu tujuan wisata di Ho Chi Minh City. Katanya di pasar yang mirip tanah abang di Jakarta ini wajib nawar yang tega yah permirsa. Kalau perlu keluarkan kemampuan tawar-mawar kalian yah. Banyak banget barang yang dijual di pasar ini, ada baju, tas, kacamata, mainan anak, jualan makanan, dan sebagainya. Lagi jalan-jalan, tangan suami ditarik salah satu penjual disuruh nyobain baju kaos. Penasaran aja tanya harganya. Pantas saja dibilangin tawar yang tega, harga yang dibuka keterlaluan sekali melebihi harga mall, harganya 650k vnd (415k Rupiah) per baju. Namun karena mereka punya kaos polo dengan ukuran super besar, jadi kita coba nawar saja lebih dari setengah harga. Final price kita dikasih 300k Rupiah untuk dua baju kaos polo Under Armour.

CÀ PHÊ TRỨNG (Egg Coffee Vietnam)

Dari pasar kita langsung balik hotel untuk siap-siap dan check-out. Setelah itu baru kita brunch di cafe dekat Hotel namanya Little Hanoi (Ky Con), hanya jalan ke ujung jalan sekitar 2 menit. Cafe ini salah satu yang terkenal dengan kopi telurnya di Ho Chi Minh City dan memiliki beberapa cabang yang tersebar di distrik 1. Cafenya ada dua lantai dan terlihat seperti apartemen dari luar padahal cafe. Bangunan seperti ini memang tipikal bangunan di kota besar Ho Chi Minh, tidak terlalu luas/ ramping namun menjulang atau bertingkat ke atas. Katanya tipe bangunan seperti ini sudah ada turun temurun sejak zaman penjajahan Prancis di Vietnam, dimana pajak perumahan dihitung berdasarkan luas lantai. Selain itu peningkatan pertumbuhan penduduk di kota besar seperti ini membuat tipe bangunan seperti ini menjadi solusinya.

Kita masuk melalui pintu di lantai satu, lalu menaiki tangga yang sempit ke lantai dua. Cafenya berada di lantai dua dan tiga. Saat itu ramai banget, untung saja ada pasangan muda baru selesai, jadi kita duduk di tempat mereka. Baru duduk, kita langsung disapa dengan ramah dan diberikan buku menu. Saat itu cafe nya penuh dengan kebanyakan anak muda lokal maupun turis. Seperti tempat nongkrong anak-anak muda disini, banyak yang terlihat sedang duduk dengan leptop mereka maupun yang sedang ngobrol seperti kita. Tidak lama kemudian, waitress nya datang ngambil pesanan kita dan memberikan kita teh tawar dingin gratis. Bisa juga kalau mau refill gratis. Kita pesan menu andalan mereka yaitu egg coffee yang dingin (40k vnd / Rp. 26k), yang hangat juga (40k vnd), dan egg benedict dengan bacon dan avo (150k vnd + saus Hollandise 30k vnd = 180k vnd / Rp. 115k).

Tempat dan suasananya bikin nyaman dengan musik yang klasik yang menenangkan. Ruangannya ber-ac dan wifi nya juga ok. Walaupun lumayan banyak orang, namun suasanya tenang. Pertama kali nyobain kopi telur, ternyata kombinasinya menarik. Dengan perpaduan kopi hitam berkualitas, rasa manis dari susu kental manis& gula, dan tekstur lembut dari foam yang berasal dari kocokan kuning telur. Aku nyobain dulu foam nya yang diatas, lembut dan manis nya menurut aku pas, ada sedikit berasa kuning telur gitu namun ok koq. Aku nyobain juga satu sendok kopi yang dibawah foamnya, dan kopinya (Robusta) sangat strong. Katanya cara minumnya jangan dicampur, namun disendok foam dan kopinya. Namun aku juga nyobainnya dengan dicampur dan ternyata aku lebih suka setelah dicampur, lebih terasa ringan. eheheh. Makanannya enak juga. yum.

Minuman kopi telur yang unik ini sebenarnya berasal dari Hanoi. Menurut sejarah, jenis minuman ini diciptakan oleh Nguyen Van Giang (pemilik kedai kopi di Hanoi) sekitar tahun 1940. Saat itu susu sulit didapatkan dan harganya mahal, sehingga ia mencoba untuk mencampurkan kuning telur, susu kental manis dengan kopi sebagai penggantinya. Ternyata hasilnya mengejutkan dan kemudian minuman ini menjadi populer di kalangan warga lokal dan turis. Kopi telur ini dibuat dengan mengocok kuning telur, gula, dan susu kental manis hingga berbusa dengan warna kuning keemasan yang cantik. Lalu dituangkan di atas espresso yang baru di ekstrak. Bisa diminum dingin maupun hangat.

Selama di Ho Chi Minh City, banyak banget tersebar kedai kopi dengan berbagai tipe dari yang tradisional sampai yang estetik/ instagrammable. Tidak sulit menemukan kedai kopi, karena memang budaya kopi yang kuat di negara ini. Karena memang, Vietnam adalah produsen kopi terbesar kedua dunia setelah Brazil dan produsen kopi Robusta terbesar di dunia. Walaupun tidak setenar Arabika, kopi Robusta ini memiliki rasa yang kuat. Perancis memainkan peran penting dalam memperkenalkan kopi di Vietnam pada sekitar abad ke-19 di masa kolonial. Perancis membawa pohon kopi Arabika dan kemudian mengembangkan perkebunan kopi di berbagai daerah seperti Da Lat.

Hop On Hop Off Bus

Masih ada waktu sebelum ke bandara, kita berkeliling kota dengan menggunakan Hop On Hop Off Bus yang berwarna merah. Harganya terjangkau, 150k vnd (Rp. 96k) per orang. Kita beli tiket sama petugasnya yang berada di salah satu pemberhentiannya di depan gedung Independence Palace. Sempat nunggu bus nya lumayan lama sekitar 25 menit karena kita tidak tau timetable si bus merah. Tidak masalah, karena kita bisa sekalian nunggu di tamannya. Busnya ada dua tingkat (double decker), dibagian bawah adem banget ac-nya dan di tingkat atas pakai ac alam yah permirsa. Mantap banget pemandangannya dari atas. Tersedia juga topi kerucut khas Vietnam (disebut ‘nonla’) yang bisa kalian pakai kalau kalian kepanasan. Kita dibawah keliling kota dengan melewati dan berhenti di beberapa spot turis yang terkenal. Ada tombol stop di samping kursih kalau kalian pengen turun di stop selanjutnya.

Bui Vien Walking Street

Setelah sejam lebih kita berkeliling dengan bus merah, kita turun di Bui Vien Walking Street. Kita belum sempat datang kesini loh, karena malam-malam sebelumnya hujan. Jalan ini terkenal dan menjadi sangat hidup & ramai saat matahari tenggelam. Malamnya jalanan ini ditutup dari kendaraan bermotor. Jadi kita bebas jalan kaki disini. Tempat inilah yang merupakan pusat kehidupan malamnya Saigon, penuh dengan bar, klub malam, restoran, kafe, live muic jalanan, dan berbagai jenis tempat hiburan malam di kedua sisi jalan. Daerah ini juga dikenal sebagai pusat backpacker/ area western di kota ini. Semua yang dibutuhkan turis ada disini, mulai dari penginapan terjangkau, tempat makan, tempat hiburan, tour& travel, tempat penukaran uang, minimarket, dan sebagainya.

Pho

Hari menjelang siang, kita kelaparan dan lewat di depan salah satu tempat makanan Pho yang rame banget. Namanya Pho Quynh, tempat makan yang menjual berbagai variasi Pho. Pho yang awalnya berasal dari Vietnam Utara ini merupakan hidangan nasional Vietnam, yang tentunya wajib kalian coba yah. Biasanya terbuat dari empat bahan dasar yaitu bihun/ vermicelli, kaldu bening, protein (biasanya daging sapi atau ayam), dan rempah-rempah. Pelayanan dan makanannya pun datangnya cepat. Kuah supnya enak, light, dan manis. Tersedia toge, lime, potongan cabe, dan berbagai dedaunan tersedia di atas meja. Tinggal dicampurkan sesuai selera. Tempatnya buka 24 jam, hanya ada kipas angin di ruangan terbuka, dan hanya menerima pembayaran tunai. Kita pesan Pho 79k vnd (Rp. 50k) per porsi dan minuman 30k (Rp. 19k) per ea.

Things to Know

  1. Wifi gratis bisa kalian dapatkan dengan mudah di hotel, restoran, kedai kopi, bandara, mall, tempat turis dan sebagainya
  2. Kalau kalian pengen selalu terkoneksi internet, kalian bisa beli kartu sim lokal dan harganya juga terjangkau. Viettel dan Mobifone memiliki jaringan 4G dan 5G yang terbaik di Vietnam. Kalian bisa beli di terminal kedatangan di bandara yang biasanya dijual dengan harga yang lebih mahal daripada beli di kios/ store mereka yang diluar bandara.
  3. Masih banyak restoran dan tempat belanja yang hanya menerima pembayaran tunai, kalaupun menerima pembayaran menggunakan kartu biasanya terdapat biaya tambahan (surcharge). Jadi jangan lupa sediakan uang tunai yang cukup selama berada di Vietnam yah.
  4. Harga makanan ataupun barang yang tertera biasanya sudah termasuk pajak. Jadi lebih enak kalau mau beli/ belanja. Tip juga bukan menjadi keharusan namun dihargai, kalaupun ingin memberi tip, langsung saja berikan tip ke orangnya yah.
  5. Tidak usah khawatir, colokan listriknya sama dengan Indonesia.
  6. Selama di Saigon, kita tidak memiliki kendala bahasa yang berarti, google translate dan internet menyelamatkan kita selama liburan di Vietnam. Karena masih banyak juga yang tidak terlalu mengerti Bahasa Inggris dan mereka memiliki bahasa sendiri yaitu Bahasa Vietnam.
  7. Budget liburan selama di Vietnam tergolong affordable, mirip-mirip di Indonesia harganya. Seperti naik bus umum mulai dari 3k Rupiah, makan (main) mulai dari 13k, tempat tinggal hostel di distrik 1 yang kamar pribadi bisa dapat 270k per malam, dan sebagainya.
  8. Dimanapun kita berada, kita harus selalu waspada dengan Scam, khususnya saat berada di tempat touristy. Riset, waspada, dan pakai common sense kita supaya bisa terhindar dari scam dan perjalanan kita menjadi lebih enjoyable. Contoh scam yang kita hadapi selama di Saigon adalah mereka menawarkan kita membawa dagangan pikul mereka untuk having fun dan meminta tip atau menawarkan dagangan dengan harga yang tidak bersahabat. Dan berapa kali mencoba membersihkan sepatu kita padahal kita sudah menolaknya berulang kali. Kita harus dengan tegas menolak dan kabur tentunya. ehehe..

Sampai jumpa di cerita perjalanan berikutnya…