Hari yang baru, bulan yang baru, tahun yang baru, explore kota yang baru, selamat datang di Hobart, Tasmania! Hari ini tanggal 18 Februari, sebenarnya kita akan terbang dari Sydney ke Hobart, Tasmania dengan penerbangan langsung 1jam 50 menit menggunakan maskapai LCC nya Australia, Jetstar Airways. Kita pakai pesawat yang sama pulang pergi harga tiketnya kita dapat 40Aud/ 400ribu per orang, tanpa makan/ snack/ minum, dan hanya 7kg tas kabin seperti pesawat LCC pada umumnya. Can you guys believe.. Aku tidak pernah dapat tiket semurah ini sebelumnya, mega sale ini aku ambil di bulan Mei tahun lalu dalam rangka ulang tahun Jetstar airlines yang ke 18th. Bukan hanya Tasmania, banyak banget pilihan kotanya, kita bahkan bangun subuh demi secure 2 tiket domestik ke Hobart dan Perth dengan harga masing-masing 200k Rupiah per orang. Senang banget….

Qantas Club Lounge T1 Bandara Melbourne

Namun sehari sebelum sekitar jam 9 malam sebelum berangkat besok paginya, kita dapat notifikasi email kalau penerbangan kita besok di cancel. Aku sudah deg-degan sambil baca email dan ternyata mereka kasih kita pilihan penerbangan pengganti dan bahkan pesawat nya di upgrade menjadi Qantas (seperti Garuda nya Australia). Wow, kita senang banget, yes bisa dapat snack, tempat duduk nyaman, ada layar hiburannya, gratis wifi (iya, aku bisa buka youtube di atas pesawat) dan ruang kakinya yang lega. Karena kita pengen menggunakan priority pass dan lounge pass kita lebih banyak, jadi kita ambil pesawat transit di Melbourne 2 jam.

Rex Lounge (priority pass) Melbourne T3

Kita berangkat dari Sydney jam 7.30 pagi on time dan tiba di Hobart sudah jam 12 siang naik Qantas ke Melbourne (transit 2 jam) dan sambung lagi Jetstar ke Hobart. Tidak ada perbedaan jam antara tiga kota. Selain penerbangan langsung dari Melbourne dan Sydney, ada juga dari beberapa kota yaitu Brisbane, Adelaide, dan Gold Coast. Apalagi kalau dari Melbourne, kalian bisa naik ferry ‘Spirit of Tasmania’ dengan bawa mobil kalian juga ke Devonport, Tasmania (kota kecil yang paling dekat dengan pelabuhan di Melbourne).

Hobart

Pertama kali menginjakan kaki di ibukota Tasmania, Hobart, langsung jatuh cinta sama kota ini. Sebagai ibu kota tertua kedua di Australia setelah Sydney, kota ini memiliki banyak sekali bangunan kuno yang terawat dan bahkan masih beroperasi digunakan sebagai hotel, restoran, bar, butik, museum, tempat belanja, supermarket, dan masih banyak lagi. Hobart berada di pulau Tasmania yaitu pulau paling ujung selatannya Australia dan terpisah dengan mainland. Jangan lupa bawa jaket walaupun di musim panas sekalipun, karena disini tuh dingin banget dan ditambah lagi dengan angin yang kencang mungkin karena dekat dengan antartika/ kutub selatan. Cuaca juga bisa berubah dengan cepat, paginya mendung berangin, siangnya sempat hujan sebentar dan matahari muncul lagi. Katanya di bulan Februari ini adalah bulan paling hangat di musim panas dengan rata-rata suhu tertinggi 22c dan terendah 12c, koq tetap dingin yah. Dimana kota ini menjadi kota yang paling sedikit menerima sinar matahari secara rata-rata (menurut google 5.9jam per hari) dibandingkan kota yang lain di Australia. Anw, kemarin di hari Minggu saat kita day trip ke Port Arthur panasnya sampai 30c. Sisa hari liburan ke Hobart kalau tidak mendung, hujan.

Hari Pertama

Sewa Mobil

Selama di Hobart, kita sewa mobil dari Avis untuk 2 hari dan kita dapat harga 2.5 Juta termasuk asuransi, pajak, biaya administrasi (3.5%), biaya jemput dan antar di bandara (20%), dan biaya registrasi kendaraan 65k/hari. Harganya juga akan tergantung dengan mobil yang kita pilih, disini kita pilih mobil yang paling affordable, dan dapat mobil sedang merek Prancis ‘Peugeot’. Sewa mobil di Australia itu tidak terlalu ribet, kita hanya pesan online lewat website mereka dan bayar juga online. Saat pengambilan mobil sewaan di bandara juga, kita sebelumnya harus ke konternya di bandara untuk ambil kunci mobil dan verifikasi. Bahkan sekarang lebih mudah lagi, semuanya serba online, kita dapat email nomor parkiran mobil kita dan kunci sudah ada didalam mobilnya. Pas mau keluar dari parkiran kita akan melewati palang dimana kita hanya butuh verifikasi dengan kode QR yang telah dikirim ke kita lewat email supaya palang itu terangkat dan mobil kita bisa lewat. How cool is that.

Kalau kalian tidak sewa mobil dari bandara, alternatif yang lain kalian bisa naik Skybus Hobart Express untuk ke pusat kota Hobart. Bus berwarna merah ini, biasanya berangkat setiap hari dan setiap sejam sekali dari jam 8 pagi sampai 10 malam. Harga tiketnya sekitar 200 ribu per orang dan kalian bisa beli tiketnya online juga. Katanya bus nya nyaman dan ada Wifi gratis juga.

Travelodge Hotel Hobart

Selama 3 hari 2 malam di Hobart, kita menginap di Travelodge Hotel yang berada di pusat kota Hobart. Lokasinya strategis dekat dengan pusat perbelanjaan di Elizabeth Street Mall (470m), Salamanca Market (560m) dan pihan cafe dan restoran disekitar. Kita dapat kamar dengan harga 1.5 juta per malam di lantai 9 paling atas dengan pemandangan kota yang indah dengan banyak bangunan tua bersejarah, terawat dan masih beroperasi. Kamarnya nyaman dengan ukuran yang pas, ada jendela kaca yang bisa dibuka untuk udara segar, tersedia charger hp magnet, dan dilengkapi dapur kecil yang ada peralatan makan, microwave, sink, termos listrik buat air panas, dan kulkas kecilnya. Fasilitas hotelnya ada gym dan mesin cuci koin di lantai basement. Anw, hotelnya tidak memiliki fasilitas parkir gratis namun kalian harus bayar (120k per malam) dan slot nya juga terbatas. Kita parkir di pinggir jalan dekat hotel yang gratis hanya di hari Sabtu dan Minggu dari jam 6 sore sampai 8.30 paginya. Untungnya kita dapat slot parkirnya karena tidak banyak tersedia. Bukan cuman di Hobart, salah satu tantangan kalau tinggal di pusat kota, cari parkiran nya susah dan tidak semua hotel punya tempat parkiran yang memadai dan gratis.

Salamanca Market

Kita liburan di Hobart di saat yang tepat dimana tempat pertama yang kita kunjungi adalah Salamanca Market ini hanya buka setiap hari sabtu jam 8.30 pagi – 3 sore. Pasar ini sudah dibuka sejak tahun 1972 yang diawali dengan 15 kios, dan kini sudah lebih dari 300 kios dan sudah sangat ramai dikunjungi oleh lokal maupun turis apalagi hanya buka di hari sabtu saja. Bahkan pasar terbuka ini menjadi yang terbesar di seluruh Aus. Disini kalian akan menemukan apa saja yang ditawarkan oleh masyarakat lokal, yaitu makanan, kerajinan kayu, peralatan rumah tangga, pakaian, perhiasan, karya seni, keju artisan, anggur, roti, hasil bumi, seni rupa, buku, dll. Pasar ini berada di area parkiran jadi jalannya tidak terlalu lebar, dan bisa sangat rame jadi kalau kalian tidak pengen berdesak-desakan datang diawal-awal jam buka.

Kalau lagi tidak ada pasar Sabtu nya, area ini merupakan halaman parkir di depan jejeran bangunan tua bekas pelabuhan yang kini disulap menjadi restoran dan bar yang ramai di malam hari.

Mt. Wellington

Dari tempat penginapan kita berkendara selama 30 menit untuk ke lookout yang berada di Mt. Wellington. Untuk ke lookoutnya, kita tidak perlu hiking karena jalan nya bisa diakses dengan mobil. Tempat ini merupakan spot tertinggi di kota Hobart dengan ketinggian 1260m diatas permukaan laut dan tercatat memiliki hembusan angin tertinggi yaitu 200km per jam (mirip dengan angin topan kategori 3). Pemandanganya dari atas bagus banget dan kalian juga bisa lihat bruny island & tasman peninsula dari sini. Sebelum datang, kalian bisa cek status online nya dulu kalau jalannya bisa dilalui. Karena beberapa kali jalan ke Mt. Wellington ini ditutup atau tidak bisa diakses karena kondisi cuaca buruk dan tidak aman bagi pengunjung.

Hari kedua

Battery point

Kita memulai hari kedua di Hobart, dengan mengunjungi area pemukiman tertua di kota ini yang sudah dihuni sejak tahun 1804. Namanya sendiri diambil dari benteng pertahanan yang di install di area ini pada tahun 1818 untuk melindungi kota dari ancaman pirates. Terdapat 3 benteng pertahanan yang tepatnya berada di area Prince Park dan masih ada sampai sekarang namun hanya digunakan untuk acara seremonial penghormatan untuk para pahlawan nasional.

Tasman National park Lookout

Dalam perjalanan day trip ke Port Arthur Historical Site, kita singgah di beberapa tempat salah satunya di lookout Taman Nasional Tasman ini. Dari ketinggian kita bisa lihat pemandangan yang keren dari Pirates bay. Tempat istirahat yang tepat sembari merenggangkan kaki dan mata dengan segelas Cappucino ($4.5 / 45k Rupiah) dari satu-satunya food truck kopi dan snack yang ada di lookout ini. Mereka juga menyediakan tempat duduk dan meja untuk para pengunjungnya.

Pirate Bay adalah salah satu pantai yang berada di bagian timur Hobart dan dekat dengan semenanjung Tasman, dengan ombaknya yang besar. Memang pantai ini terkenal di kalang perselancar dan dibagian tengah pantai ini katanya yang cocok untuk berenang. Pastikan cek informasi yang ada kalau kalian mau berenang di pantai ini. Kalau kalian beruntung di bulan-bulan tertentu kalian akan lihat ikan paus (Southern Right Whale) berada di perairan ini untuk melahirkan anak. Karena ikan paus ini akan berenang dari antartika kutup selatan, tempat mereka mencari makan dan mulai berenang ke utara ketika mereka siap untuk melahirkan. Sayangnya kita berada di tempat ini tidak melihat satupun paus, mungkin itu berarti, kita harus balik lagi ke Tasmania. Walaupun tidak ketemu paus, paling tidak kita lihat ada tanaman Blueberry liar dipinggiran pantai ini. Dalam perjalanan, di Port Arthur, kita melihat anak-anak mengambil buah Blueberry liar yang tumbuh di daerah ini. Mereka terlihat semangat sekali ngambil-ngambilin blueberry lengkap dengan keranjang kecil dan sarung tangan karena banyak banget duri di pohonnya.

Port Arthur Historic Site

Port Arthur adalah kompleks penjara terkenal di Australia yang dibangun oleh Inggris pada era kolonial. Memang pada zaman penjajahan Inggris, mereka membangun penjara dan mengirimkan tahanan mereka keluar Inggris. Australia lah yang merupakan negara dengan jumlah tahanan Inggris yang ditransfer paling banyak. Dari tahun 1788 sampai 1868, ada lebih dari 162k orang termasuk anak-anak tahanan yang dikirim dari Inggris, Irlandia, Skotlandia, dan Wales.

Untuk sampai ke tempat ini, kita berkendara sekitar 1 jam 30 menit dari pusat kota Hobart. Kalian bisa beli tiket masuknya online maupun beli di tempat. Kalau kalian lapar, terdapat restoran 1830 di dalam visitor center nya dan ada juga toko sovernir disini. Pertama kali memasuki pintu masuk, kawasan ini ternyata sangat luas sekitar 40 hektar dan berada di lahan terbuka. Jangan lupa bawa jaket, karena umumnya cuaca di Tasmania dingin dan berangin walaupun musim panas. Kalau cuaca panas, jangan lupa bawa topi, air minum, dan sunscreen. Kalian akan banyak jalan untuk mengunjungi bangunan-bangunannya yang terpisah dan medannya yang naikan, jadi jangan lupa bawa sepatu atau sendal yang nyaman untuk jalan kaki.

Pas banget saat masuk, ferry nya baru saja tiba jadi kita putuskan untuk naik ferry terlebih dahulu. Ferry nya bagus dan besar juga dengan banyak pilihan kursi dan beberapa area tempat duduknya ada mejanya. Terdapat kios yang jualan minuman dan makanan ringan juga di dalam kapal. Kapalnya berangkat tepat waktu walaupun tidak penuh. Saat itu banyak kursi kosong, jadi kita lebih leluasa untuk pilih tempat duduk, bahkan kita sampai pindah dua kali tempat duduk untuk dapat pemandangan yang kita inginkan dan tidak terpapar sinar matahari langsung. Selama 20 menit di dalam ferry, kita dibawah mengelilingi pulau kuburan ‘the Isle of the dead’.

Jam Buka: Setiap hari, jam 9am-5pm (kecuali hari Natal tutup)

Tiket masuk: A$47 (470k Rupiah) / orang dewasa, $22/ anak. Tiket termasuk audio recording guide, 20 menit ferry mengelilingi kuburan pulau ‘isle of the dead’ dan tiket berlaku untuk dua hari kunjungan.

Hobart Waterfront

Sebagai kota yang berada di pinggir laut, dermaga Victoria yang berada di pusat kota Hobart merupakan rumah bagi armada kapal penangkap ikan yang dikelilingi restoran, bar, cafe, dan toko seafood. Dermaga ini sudah menjadi pusat aktivitas di sepanjang sejarah Hobart. Selain menjadi armada kapal ikan dan kapal pesiar, karena lokasinya yang begitu dekat dengan antartika, dermaga ini juga digunakan oleh kapal pemasok antartika. Pelabuhan ini menjadi titik awal keberangkatan ekspedisi ke Antartika. Dimana pemerintah Australia memiliki pos penelitian ilmiah mereka di Antartika yang dikelolah oleh Divisi Antartika dan Australia. Anw, kalau ada yang penasaran, tidak ada orang yang tinggal di Benua Antartika yang berada di kutub selatan. Penghuninya hanyalah para ilmuwan dari 7 negara salah satunya Australia dan Selandia Baru, yang singgah sementara di stasiun penelitian mereka untuk meneliti tentang cuaca, kehidupan flora dan fauna dan sejenisnya.

Hari Ketiga

Karena kita masih ada waktu sebelum ke bandara, kita ke Richmond town, daerah nya tidak terlalu jauh dari kota Hobart (27km) dan bandara (17km). Disini terdapat Richmond Bridge yang merupakan jembatan tertua di Australia yang dibangun pada tahun 1825 oleh narapidana. Kota era kolonial dengan lebih dari 50 bangunan bergaya Georgia sekarang dijadikan sebagai cottage, restoran, kafe, galeri, museum, dan sebagainya. Selain itu ada Richmond gaol, yang merupakan penjara utuh tertua di Australia.

Richmond Bridge