Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama liburan di Surabaya, saatnya untuk mengunjungi kota yang belum pernah aku datangi. Karena belum pernah ke jawa tengah, akhirnya booking tiket kereta melalui aplikasi KAI access. Kita naik kereta Ambarawa Ekspres, kelas premium sekitar 60k per orang sekali jalan (review disini). Kali ini aku tidak akan liburan sendiri karena aku ditemani sepupu yang sedang kuliah di Surabaya dan kita bertemu tante dan om aku yang dari Bekasi. Jadi bisa dibilang kota ini menjadi kota pertemuan bagi kita.

Kita tiba di stasiun kereta api Poncol, Semarang. Dari sini, kita jalan kaki menggunakan petunjuk google map ke tempat penginapan di Hotel Louis Kienne Pandanaran kira-kira sejauh 25 menit. Lumayan panas juga kita jalan disiang bolong. Langsung keringatan sampai di hotel bisa lega dan istirahat sejenak di Lobby hotel. Lumayan dapat minuman dingin sebagai welcome drink dan duduk di sofa lobby nunggu jemputan tante.

TEMPAT YANG DIKUNJUNGI

OLD TOWN / KOTA LAMA SEMARANG

Tempat pertama yang kita kunjungi adalah Kota Lama (Old town) Semarang. Memasuki area kota lama kita parkir mobil di tempat bertuliskan ‘parkiran kota lama’ dengan harga parkir mobil 10k. Kawasan kota lama semarang ini merupakan ‘UNESCO Heritage Site’ yang masuk nominasi pada Januari 2015. Kota Lama ini dibangun pada abad ke 17 oleh Belanda. Berawal dari kota yang berbenteng (fortified city) kemudian bentengnya dihancurkan pada 1824. Seiring dengan revolusi Industri dan perkembangan ekonomi, kemudian Semarang berubah menjadi kota Pelabuhan internasional dan di area kota Lama ini mulai ramai dengan transaksi perdaganan dan muncul toko, bank, konsulat asing, Gedung perkantoran dan sebagainya. Karena perannya dalam sejarah Indonesia silam, maka perlu dilestarikan dan dijaga. Kawasan kota lama semarang ini memiliki luas sekitar 31 hektar dan setidaknya memiliki 50 bangunan kuno, sehingga sering disebut juga ‘little Netherland’. Kemudian, kita mulai menelusuri Kota Lama dan nemu beberapa bangunan tua yang ikonik, sering aku lihat di insta.

WEESKAMER

Bangunan pertama yang kita temui adalah ‘Weeskamer’. Gedung bersejarah ini dibangun pada tahun 1889 oleh kolonial Belanda sebagai Balai Harta Peninggalan (BHP) dimana saat itu perkumpulan dagang yang didirikan Belanda semakin meluas dan akhirnya membutuhkan pengurusan harta kekayaan yang mereka akan tinggalkan untuk ahli waris mereka. Bangunan ini ada 3 lantai dan telah mengalami pemugaran pada tahun 2018 jadi memang bangunan ini terlihat dalam kondisi terawat. Sebagai bagian dari sejarah, Gedung ini terpilih menjadi tempat ‘G20 Fair’ yang dilaksanakan pada tanggal 21-22 April 2022. Salah satu kegiatannya adalah seminar yang bertemakan ‘Langkah Maju Energi Terbarukan Indonesia’.

SPIEGEL BAR & BISTRO

Setelah itu mata kita mulai melirik ke Gedung Spiegel yang merupakan Bar dan Bistro. Suasanya didalam bistro ini seperti kembali ke zaman dulu dengan gaya restoran klasik eropa. Arsitektur bangunan ini menggunakan lapisan batu bata, langit-langit yang tinggi, jendela yang melengkung, dan terdapat beberapa jendela yang besar pada setiap sisi. Makanan yang ditawarkan juga bervariasi dari makanan lokal Indonesia, western, maupun Chinese food. Bistro ini buka setiap hari dari jam 10 pagi sampai tengah malam. Selain tempat nongkrong, tempat ini juga dilengkapi dengan area meeting, cooking & coffee brewing workshop, dan berbagai pilihat paket event (seperti, ulang tahun, pre-wedding, perayaan avnniversarry, dsb). Awalnya tempat ini dibangun pada tahun 1895 oleh perusahaan NV Winkel Maatschappij sebagai pusat toko serba ada pada zaman itu. Kemudian dilakukan perbaikan oleh pemerintah kota Semarang pada tahun 2019.

MARBA

Melewati Gedung Spiegel, terdapat bangunan klasik dengan warna merah marun nya yang menangkap pandangan saya. Ternyata bangunan bergaya neoklasik ini sudah ada sejak abad ke 19. Bangunan ini dulunya dibangun oleh Marta Bardjunet, orang Yaman yang kaya. Kemudian difungsikan sebagai kantor pelayaran Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) lalu menjadi toko modern namanya ‘De Zeikel. Namun sekarang kita tidak bisa sembarangan masuk kedalamnya karena menjadi gudang penyimpanan suatu perusahaan.

GEREJA BLENDUK

Tidak jauh dari Merba, kita sampai di salah satu landmark kota lama yaitu Gereja Blenduk Semarang. Gereja ini berada di bagian tengah kawasan kota lama ini. Gedung Gereja ini dibangun pada tahun 1753 oleh bangsa Portugis dengan berbentuk rumah panggung Jawa termasuk bentuk atapnya. Kemudian mengalami perombakan ketika dibangun ulang oleh arsitektur Eropa pada zaman kolonial Belanda pada tahun 1894 dengan bentuk persegi delapan beraturan, dan ciri khas berkubah besar berwarna merah tua. Oleh karena itu masyarakat setempat menyebutnya Gereja Blenduk, arti nya dalam Bahasa Jawa ‘menonjol’ atau ‘menggelembung’. Gedung ini masih aktif digunakan sebagai tempat peribadatan yaitu Gereja GPIB Immanuel dan merupakan gereja protestan tertua di Jawa Tengah. Kalau kalian ingin melihat bagian dalam gereja, kalian diizinkan masuk kalau tidak ada acara ibadah. Dibuka setiap hari dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore dengan tiket masuk 10k per orang.

RUMAH AKAR

Berada di gang sempit tepatnya di gang Jalak, terdapat spot yang berbeda dan kini ramai dengan para pencinta fotografi yang ingin mengabadikannya. Merupakan banguan yang sangat tua yang ditumbuhi pohon dengan akar yang sangat lebat melilit kemana-mana karena sudah berumur lebih dari ribuan tahun. Katanya bangunan ini dulunya adalah milik NV Dagblad de Locomotief yang merupakan penerbit koran berbahasa Belanda tertua di Semarang sekitar abad 18. Kemudian berganti nama karena sempat diambil alih oleh beberapa perusahaan, salah satunya di tahun 1960-an oleh penerbit koran Suluh Marhaen. Namun tidak bertahan lama kemudian bangunannya tidak menjadi terurus.

PASAR KLITIKAN PADANGRANI

Anda penggemar atau kolektor barang antik, tempat ini adalah surga bagi kalian. Disini kalian akan menemukan berbagai barang-barang yang memiliki nilai sejarah yang tinggi dan banyak sudah sulit untuk ditemukan. Barang yang dijual bervariasi dari kamera jadul, uang kuno, motor dulu, perabotan rumah tangga, radio, hiasan, sampai berbagai karya seni. Katanya barangnya sudah ada sejak tahun 1940-an saat masa penjajahan Belanda.

SEMARANG CONTEMPORARY ART GALLERY

Selain Gedung-gedung kuno, terdapat berbagai wisata lainnya, salah satunya adalah Contemporary Art Gallery yang berisi berbagai karya seni kontemporer dengan interior sederhana minimalis dengan nuansa putih. Galeri ini buka hamper setiap hari kecuali hari Senin tutup, buka dari jam 10 pagi sampai 4.30 sore.

Lokasi: Jl. Taman Srigunting No.5-6, Tj. Mas, Kec. Semarang Utara, Kota Semarang

Jam buka: Selasa – Minggu, 10am-4.30pm, Senin tutup

Tiket Masuk: 10k

                          10k per orang, anak-anak (3-12 tahun) & pelajar

                          30k per orang, wisatawan mancanegara

3D TRICK ART MUSEUM OLD CITY

Bagi kalian pengen foto foto lucu dan fun, kalian bisa kesini. Tempatnya masih di Kawasan kota lama Semarang yang tidak jauh dari taman Srigunting dan Gereja Blenduk. Terdapat lebih dari 100 latar foto tiga dimensi yang terbagi dalam empat ruangan dengan tema berbeda. Latarnya pun secara berkala diganti seperti 3 bulan sekali supaya tidak bosan. Museum ini buka setiap hari dari pukul 9 pagi sampai 10 malam dengan harga tiket 40k per orang.

LAWANG SEWU

Tidak jauh dari tempat penginapan, hanya jalan sekitar 5 menit kita sudah sampai di Lawang Sewu, dengan membayar tiket masuk 20k per orang dewasa. Kalau kalian yang bawa mobil ada parkiran di Jalan Panandaran dengan harga sekitar 10k per mobil. Bangunannya sangat besar, luas (lahannya seluas 18.232 meter persegi, dan memiliki banyak pintu. Sampai bingung mau memulai dari mana. Sesuai dengan namanya, dalam Bahasa Jawa lawang sewu berarti ‘bangunan berpintu seribu’. Tidak hanya pintu, bangunan ini memiliki banyak sekali jendela tinggi dan besar, dan sebenarnya pintunya pun tidak sampai seribu katanya sekitar 429. Hal ini sangat berguna karena kondisi iklim di Indonesia yang tropis / lembab dan panas supaya lebih adem.

Bangunan ini dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada 1907. Setelah itu digunakan sebagai Kantor Pusat Perusahaan Kereta api swasta NISM. Kemudian sempat diambil alih oleh Jepang dijadikan kantor Transportasi Jepang dan katanya dibagian bawah tanahnya dulunya digunakan sebagai penjara yang dahulu disebut yang paling kejam. Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1994 gedung ini menjadi milik PT Kereta Api Indonesia (Persero), lalu dialihkan menjadi Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer dan Kantor Wilayah Kementrian Perhubungan Jawa Tengah dan akhirnya dikosongkan di akhir tahun 90an. Sempat pengen tahu bagaimana kondisi lantai bawah tanah ini, namun kata bapak penjaganya dulunya pengunjung bisa turun. Dan sempat gedung ini lebih dikenal dengan keangkerannya sehingga untuk mengurangi unsur horornya dan lebih menunjukan sisi sejarahnya dan tentang perkerataapian di Indonesia, jadinya pengunjung tidak bisa lagi turun ke ruang bawah tanahnya. Namun ada seperti pintu kearah ruang bawah tanah yang gelap yang hanya dibuka untuk dilihat saja dan tidak untuk masuk.

ruang bawah tanah yang dulu bisa masuk sekarang tidak dibuka untuk umum

Saat ini Lawang Sewu menjadi tempat wisata sejarah dan museum yang memperlihatkan koleksi barang-barang perkeretaapian Indonesia disepanjang sejarahnya yang panjang. Selain itu ruang lainnya yang kosong sering dimanfaatkan (disewakan) untuk berbagai acara pameran, kegiatan kebudayaan, festival, pemotretan, bazar, dan sebagainya. Halaman tengah gedung, terdapat berbagai jualan, kalau kalian lapar atau pengen ngemil tetapi jangan lupa untuk buang sampah kita pada tempatnya.

Ornamen kaca patri di bagian menara katanya bercerita tentang kemakmuran dan keindahan pulau jawa, masa kekuasaan Belanda dulu atas Batavia dan Semarang, awal perkeretaapian, dan kota pelabuhan.

Lokasi: Jl. Pemuda, Sekayu, Kec. Semarang Tengah, Kota Semarang

Jam buka: Senin-kamis jam 8am-5pm & Jumat-Minggu 8am-8pm

Tiket Masuk: 20k per orang dewasa

                          10k per orang, anak-anak

                          30k per orang, wisatawan mancanegara

TUGU MUDA

Di depan Lawang Sewu terdapat monument Tuga Muda ini. Monumen ini dibangun pada tahun 1951 untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur pada pertempuran lima hari di Semarang.

MUSEUM KERETA API, AMBARAWA

Sebelum naik kereta kembali ke Surabaya, kita memutuskan untuk ke Museum Kereta Api, Ambawara sebagai destinasi terakhir kita di Semarang. Dari hotel ke Ambarawa ditempuh sekitar Sejam lewat tol Tanjungmas – Srondol lalu lanjut ke tol Tembalang – Ungaran dan tol Semarang – Solo. Akhinya kita sampai dan bayar tiket masuk 20k per orang dewasa. Museum ini dibuka setiap hari dari jam 8 pagi sampai 4 sore.

Kereta api wisata

Museum ini awalnya adalah stasiun kereta yang dibangun pada zaman Belanda pada tahun 1873 bernama Stasiun Willem I. Stasiun ini kemudian digunakan untuk transportasi militer dari Ambarawa ke bagian utara Semarang dan ke Selatan Yogya /solo. Namun pada tahun 1976, operasional stasiun ini dihentikan dan dijadikan Museum Kereta Api Ambarawa (sampai sekarang) yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah saat itu. Disini aku banyak belajar tentang sejarah awal mula dan perkembangan perkeretaapian atau lokomotif uap di Indonesia yang ternyata berawal dari sini. Karena aku dari Sulawesi, jadi aku sangat tertarik menyimak bahwa ternyata pada tahun 1922 pernah dibuat trem uap di jalur Makassar – Takalar namun kemudian dihentikan/ dialihkan karena kurang menguntungkan bagi investor swasta saat itu. Mudah-mudahan di pulau Sulawesi ada jalur keretanya seperti di Jawa walaupun memang membutuhkan waktu dan dana yang tidak sedikit.

Setelah banyak belajar, kita langsung menelusuri koleksi lokomotif uap yang katanya ada lebih dari 15 kereta dengan berbagai jenis. Kebayang ngak sih awal mula kereta uap, untuk menjalankannya kita harus membakar banyak banget kayu dulu, belum lagi untuk mengganti jalur kereta, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan. Bersyukur sekarang kita bisa menikmati kereta yang nyaman sekarang ini. Selain itu, masih banyak lagi peralatan perkeretaapian yang disimpan di museum ini mulai dari mesin cetak karcis tiket, timbangan, lemari, kursi, loket yang digunakan, lampu, mesin hitung, dan masih banyak lagi.

Sekitar jam 12.45 siang, salah satu pegawai mengingatkan pengunjung yang memiliki tiket untuk masuk ke kereta wisata, bisa mulai naik. Karena memang keretanya akan berangkat jam 1 siang. Kereta wisata ini akan menuju stasiun Tuntang sejauh 7 km dan akan melewati berbagai pemandangan yang memanjakan mata kalian seperti daerah persawahan hijau yang luas, rawa pening, bukit Telomoyo, gunung Ungaran, gungung Merbabu dan sebagainya. Tur kereta ini berjalan selama 60 menit (pergi pulang). Jadi tur ini tersedia di jam- jam tertentu dan tidak bisa dipesan sebelumnya jadi harus dipesan dihari yang sama tur nya (jam buka loket 8 pagi). Sebenarnya pengen banget nyobain naik kereta wisatanya namun karena waktu yang terbatas kita tidak jadi naik. Mungkin ini pertanda kalau kita harus balik lagi ke Ambarawa (eheheh).

Lokasi: Jl. Stasiun No.1, Panjang Kidul, Panjang, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, Jawa Tengah.

Jam buka: Setiap hari, 8am – 4pm

Tiket Masuk: 20k per orang dewasa dan mahasiswa

                          10k per orang, anak-anak (3-12 tahun) & pelajar

                          30k per orang, wisatawan mancanegara

Tiket kereta wisata Amarawa -Tuntang ‘Locomotive Diesel Vintage (regular)’ : 100k per orang untuk Dewasa dan anak diatas 3 tahun.

KULINER LUMPIA SEMARANG

Mengunjungi kota Lumpia belum lengkap kalau belum nyobain Lumpia Semarang. Banyak banget pilihan tempat untuk nyobain lumpia ini cuman aku pengen coba salah satu tempat legendaris untuk nyobain Lumpia Semarang ini. Sebenarnya aku pengen nyobain Lumpia yang ada di gang Lombok yang katanya selalu ramai. Namun karena waktu kita yang terbatas, jadi aku beli lumpia di ‘Lunpia Cik Me Me’. Lumpia ini juga salah satu yang legendaris di Semarang karena sudah melewati 4 generasi dan sudah ada sejak tahun 1870. Terdapat berbagai lokasi yang mereka buka, salah satu yang aku pergi di Jl. Gajahmada, Miroto, Semarang. Restoran dan pusat oleh-oleh makanan ini buka setiap hari dari jam 5 pagi sampai 10 malam.

Untuk lumpia terdapat rasa yang original dan yang berbagai jenis isian seperti ikan kakap, jamur, kambing jantan muda dan crab. Kalian juga bisa pilih yang di goreng atau yang basah. Karena aku suka yang crunchy jadi aku pilih yang di goreng dan original untuk dapat rasa yang aslinya. Rasanya manis (isiannya adalah rebung yang dimasak dengan campuran bumbu) dan enak dengan saus manis dan kondimen lainnya. Harga satu lumpia yang original saat itu 22k Rupiah.

Lokasi: Jl. Gajahmada, Miroto, Semarang

Jam buka: Setiap hari, 5am – 10pm

PASAR SEMAWIS

Pasar malam Semawis ini terdapat jualan berbagai jenis makanan dan minuman khas Semarang yang hanya dibuka pada akhir pekan Jumat sampai minggu malam dari jam 6 sore sampai 10 malam. Dibuka di Kawasan pecinaan, Jalan Gang Warung, Kota Semarang. Kawasan kuliner ini sangat ramai, karena dibukanya puluhan tenda tempat berjualan dan tersedia tempat makan juga. Sempat dua tahun tutup karena Covid namun sekarang sudah mulai beroperasi lagi. Kalian bisa mencoba berbagai street food khas seperti lumpia, tahu gimbal, pisang planet, dan sebagainya dengan harga yang bersahabat.

Lokasi: Jl. Stasiun No.1, Panjang Kidul, Panjang, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, Jawa Tengah.

Jam buka: Jumat – Minggu, 6pm – 10pm

KLENTENG SAM POO KONG

Komunitas Tionghoa di kota ini cukup besar sejak dahulu sehingga dibangun Klenteng Sam Poo Kong untuk menghormati penjelajah besar di era Ming yaitu Cheng Ho aka Zheng He karena pengaruhnya bagi komunitas sejak abad 15. Sekarang  tempat ini dijadikan tempat sembayang, berziarah, dan wisata. Tempat ini berada di Jln. Simongan Raya no. 129, kota Semarang. Dibuka untuk umum dari pukul 8 pagi sampai 8 malam. Harga tiket masuknya untuk dewasa 10k hari kerja dan 15k weekend.

Lokasi: Jl. Simongan Raya no. 129, Semarang

Jam buka: Setiap hari, 8am – 8pm

Tiket Masuk: 10k hari kerja dan 15k akhir pekan

KAMPUNG PELANGI

Kawasan ini merupakan kampung Wonosari yang dulunya terlihat kumuh tak terurus sekarang berubah menjadi kampung wisata yang berwarna warni Pelangi. Setelah berjalan menelusuri perkampungan ini, kalian akan melihat banyak sekali gambar 3D, lukisan, ataupun mural di tembok-tembok rumah. Ide unik ini berawal dari niat Pak Slamet, seorang kepala sekolah, yang ingin melihat kampungnya lebih indah. Didukung oleh anak-anak sekolah, seniman lokal, pemerintah kota Semarnag dan swasta, kampung dengan sekitar 300 rumah ini kemudian dipercantik dengan berbagai warna Pelangi yang menghiasi atap dan dinding rumah. Kemudian ditambah dengan hiasan cantik yang memanfaatkan sampah daur ulang menjadi suatu karya seni. Tidak perlu tiket masuk untuk memasuki area ini namun ada tarif parkir motor sebesar 3k dan mobil 5k Rupiah.

Lokasi: Jl. Jl. DR. Sutomo No. 89, Randusari, Kec. Semarang Selatan, Kota Semarang

Jam buka: 24h

Tiket Masuk: gratis