Xin Chao Vietnam…

View Kota Ho Chi Minh dari VietJet air

VietJet

Baru-baru ini maskapai LCC asal Vietnam, VietJet buka rute penerbangan baru dari 3 kota di Australia yaitu Sydney, Melbourne, dan Brisbane ke Saigon / Ho Chi Minh City (HCM) sekitar bulan Juni 2023. Terdapat 3 kali penerbangan langsung setiap minggu dari Sydney ke HCM. Promonya juga menggiurkan, dengan $0 base fare, kita hanya bayar pajak, biaya admin dan fuel nya saja. Kita langsung booking tiket pulang pergi untuk 4 hari 3 malam ke Saigon dari Sydney jam 10.15 pagi. Harga pesawatnya sekitar 6 juta untuk 2 orang hanya termasuk 7kg tas kabin dengan perjalanan sekitar 8.5 jam.

Boarding pass vietJet air

Pengalaman pertama naik VietJet, secara keseluruhan mengingatkan kita terbang ke Manila pakai Cebu Pacific dari Sydney. Vietjet juga menggunakan pesawat besar (konfigurasi 3-3-3, sebagian 2-3-2), harganya hampir sama sekitar 3 jutaan. Saat berada di bandara Internasional Sydney yang sibuk saat itu, terlihat antrian yang mengular untuk check in dan drop bagasi. Untungnya kita sudah check-in online, antrian di bagian ini tidak ada, hanya kita saja. Beruntung banget, baru datang ngantri, langsung dipanggil ke konter. Sebagai pemegang passport Indonesia aku tidak perlu visa untuk maksimal 30 hari stay, karena sesama negara anggota ASEAN. Namun kita harus bisa menunjukan tiket pulang/ keluar dari Vietnam saat check-in. Sedangkan suami (Australian) harus mengurus e-visa (online) harganya 25 USD dengan waktu proses sekitar 3-5 hari. Disarankan pengurusan visa ini dilakukan jauh-jauh hari sekitar 2-3 minggu sebelum keberangkatan karena katanya di Vietnam banyak hari libur. Kedutaan mereka tutup di hari libur Vietnam.

Antrian yang sudah online check-in

Penerbangannya tepat waktu, hanya agak nunggu ketika pesawat berada di runway, ternyata pesawat juga bisa macet yeahh. Naik pesawat kita disambut pramugari yang ramah dengan uniform merah menyala. Pesawat lumayan penuh, bahkan lebih rame dari pada penerbagan kita ke Filipina 3 minggu sebelumnya. Untungnya tidak ada orang yang duduk di tempat duduk di tengah antara suami dan aku, jadi bisa agak lega dan tiduran. Sedangkan kalau mau tempat duduk kita kosong disamping kita, harus nambah bayar lagi $25, lumayan kan hemat 250k Rupiah.

Ternyata tempat duduknya nyaman (busanya tebal) dengan ruangan kaki yang lega. Namun tidak ada colokan untuk charger peralatan elektronik maupun layar hiburan. Jadi jangan lupa download film di Netflix atau sejenisnya supaya tidak bosan selama 8.5 jam perjalanan yah.

Karena harga tiket tidak termasuk makan minum, jadi kalian bisa pesan makanan atau minuman saat berada di pesawat (bisa juga pesan online/ pre-order). Kalau kalian pesan makanan online, bisa lebih hemat sampai dengan 30%. Tersedia makanan panas, snack, minuman, dan sebagainya. Bisa beli makanan pakai mata uang Aud, Usd, dan Euro, nanti dikembalikan dengan Vietnamese Dong (VND). Lucu yah. Kita pesan mie instant korea ‘shin ramyun’ pakai sosis dan intant pho juga, harganya $12.5. Rata-rata harga makanannya lebih mahal dibandingkan di Cebu pacific (maskapai Filipina). Pramugari nya sering mondar mandir jualan makanan, jadi kita tidak akan kelaparan. Begitu juga dengan pengumpulan sampah.


Ho Chi Minh City

Sumber: britannica.com

Setelah perjalanan panjang, akhirnya sampai juga di kota Saigon yang merupakan kota terbesar di Vietnam. Kalau kalian lihat di peta negara Vietnam, secara umum Vietnam dibagi menjadi Vietnam Utara, Tengah, dan Selatan. Saigon berada di bagian selatan Vietnam, sedangkan ibukota negara yaitu Hanoi berada di bagian utara Vietnam. Kalau di bagian tengah Vietnam, kota yang terkenal yaitu Da Nang, Hoi An, dan sekitarnya. Setelah penyatuan Vietnam di tahun 1976, kota ini kemudian berganti nama menjadi Ho Chi Minh untuk menghormati tokoh revolusi Vietnam yaitu Ho Chi Minh. Masnyarakat lokal memanggil beliau dengan ‘uncle Ho’.

Jadi cerita sedikit yah, Saigon ini sekitaran abad ke-19 menjadi salah satu pusat kolonial Prancis di Indochina. Dimana Prancis mendirikan Saigon sebagai pangkalan militer dan pusat administrasinya. Prancis menjajah Vietnam sekitar lebih dari 60-an tahun dari tahun 1858-1954. Pada akhir tahun 1954, Prancis menyerah dan mengakhiri penjajahannya dengan menandatangani Perjanjian Jenewa. Lalu Vietnam terbagi menjadi Vietnam Utara yang dikuasai oleh komunis dan Vietnam Selatan yang mendapat dukungan dari negara barat. Hal inilah yang kemudian memicu Perang Vietnam yang berlangsung selama sekitar 20 tahun dari tahun 1954-1975.

Perang Vietnam ini berlangsung lama dan kompleks yang melibatkan banyak pihak dan Amerika yang mengambil peran yang sangat besar dalam lebih dari 10 tahun di Perang Vietnam dan menjadi salah satu konflik militer terbesar dalam sejarah pada saat itu. Pada akhirnya, Pasukan Pembebasan Rakyat Vietnam yang saat itu adalah Vietnam Utara berhasil merebut Saigon dari Vietnam Selatan yang didukung oleh Amerika Serikat. Kemudian menyatukan Vietnam Utara dan Selatan menjadi Republik Sosialis Vietnam. Lalu menunjuk Hanoi menjadi ibukota negara. Jadi jangan heran kalau kalian mengunjungi Saigon dan Hanoi, kalian akan menemukan berbagai peninggalan Prancis di kota ini dan pengaruhnya.

Sebagai kota terbesarnya, sekarang Saigon adalah pusat ekonomi terbesar yang memiliki pelabuhan utama dan industri yang beragam, seperti teknologi, perdaganan, keuangan, menufaktur, dan sebagainya. Selain itu Saigon maupun Vietnam juga sudah menjadi tujuan utama para wisatawan.

Musim

Berbeda dengan Vietnam Utara yang memiliki 4 musim, Vietnam Selatan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau (November-April) dan musim hujan (Mei-Oktober). Biasanya di sepanjang tahun, kota Ho Chi Minh memiliki suhu rata-rata sekitar 25-30C. Liburan kali ini kita datang saat musim hujan, di minggu kedua dibulan September. Selama disini biasanya pagi hari sampai siang, cuacanya bagus, ada mataharinya walaupun tidak terlalu terik yang lama. Namun sekitar siang atau sore hari, mulai turun hujan. Sempat hujan sangat lebat dan angin kencang pas kita jalan jalan diluar, namun hujan seperti ini tidak tahan lama, setelah itu rintik-rintik, berhenti sebentar, hujan lagi, dan repeat seperti itu.

Bandara ke Hotel

Akhinya setelah duduk berjam-jam di pesawat, kita tiba juga di bandara Tan Son Nhat International Airport (SGN) di Saigon atau Ho Chi Minh City (HCM), Vietnam. Sampai di bandara, kita langsung menuju antrian imigrasi. Lumayan rame juga yang datang dan antri di imigrasi, kita hanya tunggu sekitar 15menitan. Sama-sama negara ASEAN, kita dapat berkunjung ke Vietnam bebas Visa kurang dari 30 hari. Tanpa ditanya apapun, akhirnya passport dicap di imigrasi kedatangan, dan official juga kita berada di Vietnam.

Keluar dari imigrasi, kita langsung menuju tempat pemberhentian bus di depan terminal kedatangan. Paling enak kalau bepergian hanya pakai ransel, tidak pakai lama nunggu bagasi keluar. Kalau kalian travel ke luar negeri lebih milih bawa backpack/ ransel atau koper sih??!. Bandara SGN saat itu tidak begitu ramai. Bandaranya juga lumayan besar, bersih, simple, dan wifinya juga ok banget. Kita sempat nyobain konek wifi untuk manggil Grab sebagai alternatif kalau naik bus agak ribet yah khan. Ternyata naik bus bandara dari bandara ke hotel itu super gampang dan murah meriah. Keluar dari terminal kedatangan, kita nyebrang jalan dan belok kanan. Dari jauh bus nya sudah kelihatan berwarna biru. Beruntung banget, kita hanya nunggu 5 menit saja, bus kita nomor 152 langsung jalan. Saat duduk di bus, ada kenek nya (ibu-ibu) yang berseragam pink nagih tiket bus harganya 5000 Vnd (3k Rupiah) per orang. Kita diantar ke pusat kota di distrik 1 kurang dari 30 menit dan berhenti di beberapa stops salah satunya Ben Thanh Market dan Pham Ngu Lao St.

Busnya nyaman, ber-ac, namun agak sulit kalau kalian membawa koper yang besar-besar. Busnya seperti minibus gitu yang hanya memiliki sekitar 25-30 tempat duduk dan tidak ada space/ area tertentu untuk bagasi. Bahkan saat mendekati ke area pusat kota, banyak orang mulai naik bus dan bahkan penuh juga busnya dengan mereka yang berdiri. Kalau pun kalian bawa satu koper besar, koper kalian akan dihitung satu orang dan saran saya duduk di dekat pintu belakang yang untuk keluar. Soalnya si bus hanya berhenti sebentar untuk naik turun penumpang. Kita aja buru-buru banget saat keluar dari bus, hampir saja kita missed stop kita.

Alternatif lain, kalian bisa naik bus kuning nomor 109, harga nya lebih mahal sekitar 12k-20k Vnd, busnya juga berhenti di distrik 1 pusat kota, dan jam operasionalnya lebih panjang yaitu dari jam 5.45am-1am setiap hari.

Kalau kalian mau lebih nyaman dan travel banyak orang, kalian bisa memilih naik taxi online. Di kota Ho Chi Minh ini juga memiliki Grab, Gojek, dan Be (taxi online lokal). Terdapat tempat yang disedikan (Grab pick-up point) bagi kalian yang mau pesan atau naik taxi online ini yang bisa berupa mobil maupun ojek motor. Namun kalau kalian mau coba naik Be, kalian harus punya nomor Vietnam untuk bisa akses aplikasi online nya. Yang berbeda dengan Gojek/ Grab, di aplikasi online Be, kita bisa juga beli tiket bus, tiket pesawat, dan sebagainya. Harga Grab motor ke tempat penginapan kita di distrik 1 sekitar 53k VND sedangkan Grab mobil sekitar 124k VND. Katanya kita juga perlu nambah bayar 9k VND untuk keluar dari bandara seperti biaya parkir.

Untuk taxi di Ho Chi Minh City yang bisa dipercaya yaitu Vinasun dan Mai Linh. Biasanya harga base untuk taxi adalah 12k VND. Harga taxi dari bandara ke distrik 1 biasanya sekitar 150-250k VND.

Untuk keliling kota Saigon, kalian bisa menggunakan Grab, Gojek, dan Be. Harganya sekitar USD 5 per 10km. Alternatif transportasi jarak jauh selain pesawat, kalian bisa menggunakan bus maupun kereta. Alternatif paling murah untuk keliling kota, kalian bisa naik bus umum. Mudah-mudahan pembangunan Metro (kereta) segera rampung seperti di Hanoi, yang sudah bagus, supaya lebih nyaman keliling kota. Padahal konstruksi metro di distrik 1 ini sudah dimulai sejak 2012 dan sudah beberapa kali berubah jadwal proyek stage pertama ini selesai. Update yang aku dapat waktu berada di Saigon, katanya konstruksi metro part pertama akan selesai di tahun 2025, semoga tidak diundur lagi yah.

Hotel Triple E Metro Ben Thanh

Selama 4 hari 3 malam di kota Ho Chi Minh (HCM), kita menginap di hotel Triple E Metro Ben Thanh yang berada di lokasi yang strategis yaitu di distrik 1. Area ini populer karena merupakan pusat bisnis, budaya, dan pariwisata di kota ini. Kita dengan mudah memiliki akses ke berbagai atraksi utama/ pusat turis, tempat perbelanjaan, restoran, cafe, market, salon/barber, minimart, dan tempat hiburan malam. Spot turis terdekat dari hotel adalah Bui Vien Walking (kurang dari 550m) yang dikenal sebagai salah satu pusat kehidupan malam dan area turis backpacker. Banyak penginapan backpacker murah di daerah ini dan kalau malam rame banget apalagi di akhir pekan. Walaupun begitu, depan jalan tempat kita menginap, areanya tidak terlalu ramai, jadi bisa tidur nyenyak tanpa terganggu dengan suara musik kencang. Selain itu dekat juga dengan cafe shop yang terkenal yang pengen aku datangin di kota ini yaitu salah satunya Little Hanoi, Cong Ca Phe, dan Highlands. Untuk spot turis lainnya di distrik 1 bisa ditempuh dengan jalan kaki kurang dari 2km.

Kita menginap di kamar tipe ‘deluxe double room’ dengan ukuran kamar 25 m2, harganya 2.6 Juta Rupiah untuk 3 malam (870k per malam). Harga kamar ini sudah termasuk makan pagi (6.30-9.30am) untuk dua orang. Kamar kita berada di lantai 6 dari 7 lantai. Resepsionisnya ramah, kita dibukakan pintu hotel, proses check in (dari jam 2pm) & check out (jam 12 siang) mudah, dan kita ditawarin juga ‘welcome drink’ (kumquad iced tea) yang refreshing.

Kamar Deluxe Double

Hotel dan kamarnya terlihat seperti masih baru dengan nuansa kayu, moderen minimalis, dan didominasi dengan warna-warna neutral. Kamarnya juga bersih, cukup luas, tempat tidur & bantalnya empuk, jendelanya bisa dibuka untuk udara segar, tersedia minibar, ada reusable slippers, amenitiesnya lengkap, dapat aqua botol 2ea gratis, bisa buka netflix/ youtube, ada soket listrik internasional, dan pressure showernya ok. Tidak ada room service di hotel ini, namun tidak masalah karena banyak resto di sekitar hotel dan kita juga bisa pesan makan lewat Grab/ Gojek. Hotel ini memiliki cafe bar, gym, namun tidak memiliki pool dan restoran.

Walaupun pilihannya tidak terlalu banyak, namun makan paginya bervariasi setiap hari dan enak. Bisa pesan sup dan telur yang akan langsung dibuat oleh stafnya, jadi masih fresh. Terdapat makanan lokal Vietnam dan Western.

BÚN CHẢ

Hari pertama di Ho Chi Minh City, kita pesan makanan favorit suami waktu kerja di Vietnam. Karena hari sudah larut dan kita sangat lelah sampai di hotel, kita pesan makan malam lewat Grabfood. Kita pesan paket makan dan minum yaitu Bun Cha (my rating 9/10) dan Tra trac (Kumquad iced tea, rating 9/10) dari Restoran Bun Cha Ha Noi 1982 ($), harganya 44k Vnd / Rp. 28k per paket. Bun Cha ini adalah salah satu makanan favorit di Vietnam Utara dan berasal dari Ha Noi. Murah meriah khan, harganya sudah termasuk biaya delivery. Bun Cha adalah bakso babi bakar Vietnam yang dimakan dengan sup, vermicelli, spring roll goreng, lettuce, sayuran, dan rempah-rempah yang aromatic. Ternyata kombinasinya enak dan bisa dimakan panas ataupun dingin. Kuah sup nya dominan manis dan enak dengan sedikit pedas dan sour. Kumquad iced tea ini merupakan salah satu minuman dingin populer di Vietnam Selatan, kalian akan sering melihat minuman ini di menu.

War Remnants Museum

Hari kedua di Saigon, kita akan mengunjungi beberapa spot turis yang populer. Pemberhentian pertama kita ke War Remnants Museum, kita mulai dari tempat yang paling jauh dari hotel yang berada di distrik 3. Naik Grab mobil hanya 19k Rupiah. Untuk masuk ke museum ini, kita belit tiket masuk dulu 40k vnd (Rp. 25k) per orang. Di area luar bangunan museumnya, dipajang berbagai koleksi kendaraan tempur dan material perang lainnya yang digunakan saat perang Vietnam peninggalan Amerika seperti tank, helikopter, pesawat tempur, meriam, dan sebagainya. Setelah itu kita lanjut kedalam ruangan, dimana kita naik lift ke lantai 3 (yang paling atas) dan mulai dari sini sampai ke lantai satu lagi. Terbagi dalam beberapa ruangan dengan nomor mulai dari nomor satu, kita ikutin urutan ceritanya secara sistematis. Disini kita bisa belajar banyak, apa yang memicu perang Vietnam ini terjadi, apa saja hal-hal yang mengerikan / memilukan selama Perang Vietnam, dampak negatif ‘Agen Orange’, berbagai artefak peninggalan perang, dan sebagainya. Terdapat berbagai informasi , foto, dokumen, dan artefak yang dipakai untuk menggambarkan secara mendalam tentang Perang Vietnam yang terjadi.

Satu hal yang paling tragis dan menyentuh hati yaitu bagaimana dampak ‘Agen Orange’ senyawa kimia dioxin ini bagi lingkungan dan generasi selanjutnya setelah perang. Awalnya senyawa kimia yang berbahaya ini digunakan oleh militer Amerika untuk merusak dan menghancurkan vegetasi hutan dan semak belukar di Vietnam Selatan, untuk mengekspos posisi Viet Cong (tentara Vietnam) yang bersembunyi di hutan. Konsentrasi dioxin yang tinggi ini juga sangat beracun dan memberikan dampak kesehatan yang buruk bagi penduduk lokal seperti kanker, kelainan kelahiran, masalah kulit, dan gangguan neurologis. Hal ini membuat peningkatan tingkat kelainan kelahiran penduduk lokal yang terpapar termasuk anak-anak yang lahir dengan cacat fisik dan intelektual. Selain itu menyebabkan kerusakana lingkungan yang serius akibat tanah yang terkontaminasi dan berdampak negatif pada ekosistem dan ketahanan pangan.

Buka setiap hari jam 7.30am-5.30pm. Free wifi.

Independence Palace

Tidak terlalu jauh jalan kaki, kita tiba juga di Independence Palace atau Reunification Palace. Bangunan ini menjadi saksi penyatuan Vietnam dan kemerdekaannya dari Amerika. Bangunan ini dibangun antara tahun 1962-1966 oleh kolonial Prancis. Tepatnya tanggal 30 April 1975, sebuah tank 873 dari Angkatan Bersenjata Rakyat Vietnam menerobos masuk gerbang bangunan ini yang saat itu merupakan Istana Kepresidenan Republik Vietnam Selatan. Hal ini menandakan berakhirnya Perang Vietnam dan penyatuan Vietnam di bawah pemerintahan Komunis. Dengan demikian, tempat ini menjadi salah satu situs ybersejarah yang pentik dan menarik di Ho CHi Minh City yang telah dinyatakan sebagai Warisan Nasional pada tahun 1976. Areanya cukup luas dikelilingi dengan taman hijau, di depan gedung terdapat air mancur, dan terdapat juga tank 873 yang dipakai menerobos gedung saat perang.

Buka setiap hari jam 8am-3.30pm. Tiket masuk 40k vnd/ Rp. 45k per orang. Free wifi.

Saigon Central Post Office

Selanjutnya kita lanjut lagi jalan kaki ke bangunan bersejarah lainnya yaitu Kantor Pos Saigon. Bangunan ini dibangun antara tahun 1886-1891 dengan kombinasi entuhan Gothik dan Renaissance. Bahan bangunannya juga diimpor langsung dari Prancis seperti besi yang digunakan pada struktur atapnya yang indah dan kaca yang menghiasi jendelanya. Sesuai dengan namanya, kantor pos ini masih beroperasi seperti biasa untuk melayani kebutuhan pos penduduk lokal. Saat masuk, langsung terlihat foto pahlawan revisioner Vietnam, Ho Chi Minh. Terdapat juga toko cenderamata yang menjual barang-barang kerajinan, kartu pos, dan sebagainya. Kita juga beli postcard di toko sovenir harganya 5k vnd (Rp. 3k) untuk dikirim ke ibu mertua yang ada di Sydney dengan biaya kirim 34k vnd (Rp. 210k).

Buka setiap hari jam 7.30am-6pm, kecuali hari Minggu buka sejam lebih lambat dan tutup sejam lebih awal.

Notre Dame Cathedral of Saigon

Tidak jauh dari Kantor Post Saigon, lebih tepatnya berseberangan, kita dapat melihat gereja pink ini. Dari jauh sudah terkesimah dengan arsitektur Katedral ini yang cantik. Mengingatkan aku saat melihat gereja biru di Bratislava, dimana gereja ini memiliki warna bangunan yang cerah dan unik. Gereja ini dibangun oleh Prancis antara tahun 1863-1880 sebagai tempat ibadah orang Prancis yang tinggal di Saigon saat itu. Dibangun menggunakan batu merah yang diimpor dari Prancis yang memberikan kesan yang ilegan dan megah. Sempat mengalami kerusakan yang serius akibat perang, namun kemudian direstorasi sebagai upaya pemulihan untuk mempertahankan keaslian arsitekturnya. Saat kita berkunjung ke Saigon, terlihat gereja ini dalam proses maintenance, jadi memang kita tidak boleh masuk yah. Katanya maintenance nya sudah berlangsung beberapa tahun, semoga segera selesai yah.

Iced Coconut Coffee

Walaupun mendung dan tidak terlalu panas, capek juga jalan-jalan. Jadi kita putuskan nyobain Es Kopi Kelapa (52k vnd/ Rp. 33k) dan Es Matcha Kelapa (58k vnd/ Rp. 36k) di Dep Cafe yang berada di book street, sekitar Notre Dame Saigon. Minuman es kopi kelapa ini merupakan perpaduan Kopi Robusta Vietnam yang strong banget, coconut cream, susu kental manis dan es batu. Pertama kali nyobain minuman ini, ternyata enak juga dan menyegarkan, cocok banget dengan cuaca panas. Seru juga ikutin warga lokal, minum kopi di kafe/ kedai kopi (Ca Phe) yang menghadap langsung ke jalanan dengan pemandangan orang lalu lalang dan berbagai bangunan didepan kita. Cafenya terbuka, jadi kita duduk deketan kipas angin yah. Ini tipikal kafe yang akan banyak kalian temui di Vietnam.

Dep Cafe, buka setiap hari jam 6.30am-6pm. Free wifi. No Aircon. $

Berlanjut… (di Part 2)