Kalau yang sudah baca beberapa perjalanan aku sebelumnya, mungkin ada yang menyadari kalau biasanya aku bisa Travel karena tiba-tiba dapat tiket murah. Kali ini juga sama, dapat info tiket murah dari Cebu Pacific, kita langsung booking tiket kita ke Manila dari Sydney 3juta per orang tiket pulang pergi. Apalagi aku belum pernah ke Filipina sebelumnya, jadi kita ke Manila dan sekitarnya dulu yah. In the future, pengen balik lagi untuk ke tempat-tempat bucket list ku yang lain seperti island-hopping di Palawan (will save the best later on). Pokoknya kalau kalian sempat ke Manila, salah satu rekomendasi yaitu visit ke pulau-pulau nya yang lain.

Mabuhay Manila…

Sekilas tentang Filipina

Filipina adalah negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki lebih dari 7000 pulau dan hanya sekitaran 2000an pulan yang dihuni. Negara ini berada di Asia tenggara di Samudra Pasifik. Dengan banyak nya pulau-pulau kecil, negara ini terbagi menjadi tiga kumpulan pulau yaitu di sebelah utara ada grup pulau Luzon dengan Manila sebagai kota terbesar dan sebagai ibukota negara; dibagian tengah ada Visayas dengan Cebu sebagai kota terbesar, dan Davao sebagai kota kosmopolitan yang ramai di bagian selatan yang merupakan bagian dari grup pulau Mindanao.

Manila adalah ibukota negara Filipina yang merupakan pintu masuk turis Internasional. Kota metropolitan ini juga masih menjaga beberapa area atau bangunan historis yang berasal dari pengaruh jajahan bangsa Spanyol yang pernah berada di Filipina selama lebih dari 300 tahun.

Naik Cebu Pacific Airlines

Perjalanan kita dimulai dari kota Brisbane, tempat kita tinggal, naik pesawat Virgin Australia ke Sydney lalu naik pesawat budget asal Filipina yaitu Cebu Pacific ke Manila. Harga tiket 3 Juta per orang, pulang pergi hanya termasuk 7kg tas kabin saja, jadi kita memutuskan bawa tas ransel saja untuk perjalanan 4 hari 3 malam kita di Manila.

Pesawat kita dimajukan satu jam dan berangkat on-time dari Sydney jam 11.25 siang hari dengan penerbangan langsung selama 7.5 Jam dan tiba di Manila sekitar jam 5.57 malam. Terdapat perbedaan waktu dimana Sydney lebih cepat 2 jam dari Manila sedangakan tidak ada perbedaan waktu antara Manila dan Indonesia bagian tengah (WITA).

Saat itu bandara Sydney lumayan sibuk, namun antrian check-in untuk Cebu Pacific agak sepi. Check-in nya berjalan lancar, sebagai pemegang paspor Indonesia kita tidak perlu visa untuk ke Filipina untuk tinggal maksimum 30 hari. Kita hanya perlu menunjukan tiket kembali / keluar dari Filipina.

Penerbangan ke Manila menggunakan pesawat New Airbus A330neo, kursi tipis nya mengingatkan pesawat budget yang kita pakai untuk pindah negara di Eropa. Bedanya, kursi tidak bisa direbahkan sama-sekali. Untung saja, pesawatnya besar dengan konfigurasi 3-3-3 dan tidak banyak penumpang saat itu. Banyak kursi kosong, kita duduk di baris ke-6 dan tidak ada yang duduk di kursi tengah antara aku dan suami. Suami bahkan pindah kursi depan supaya bisa tiduran.

Senang lihat seragam pramugarinya yang berwarna kuning terang dan dipadukan dengan syal warna hijau biru. Pramugari nya juga sangat friendly. Seperti pesawat budget lainnya, pesawat ini tidak memiliki layar hiburan, jadi aku sudah persiapan download film di Netflix supaya tidak bosan. Ada juga charger USB dan USB-C, anw baru kali ini aku naik pesawat yang ada USB-C nya. Kalau lapar, kalian bisa order snack dan minuman langsung dari pramugarinya. Pramugarinya jualan makan minum dua kali sepanjang perjalanan sekitar 2.5 jam setelah take-off dan sebelum landing. Ada menu yang disimpan di kantong kursi. Hot food hanya bisa dipesan online (pre-order). Kita bisa bayar pakai kartu kredit maupun uang tunai. Namun mereka hanya menerima mata uang Filipina peso (php), USD, dan mata uang negara tujuan (namun tidak termasuk mata uang Rupiah). Harga makan dan minumnya terbilang terjangkau untuk menu makanan pesawat.

Biasanya di dalam pesawat dibagikan kartu imigrasi untuk ke Filipina, namun sekarang kita bisa mengisinya online melalui website mereka etravel.gov.ph ataupun QR code yang ada saat check in di bandara. Formulir online ini bisa diisi dan dimasukkan dalam kurun waktu 72 jam sebelum kedatangan atau keberangkatan ke Filipina. Ini akan mempercepat proses kalian saat berada di imigrasi FIlipina di bandara NAIA.

Sampai di bandara Ninoy Aquino International Airport (NAIA), kita langsung menuju antrian imigrasi. Antrian tidak terlalu lama, karena loket imigrasi yang dibuka juga memadai jumlahnya. Aku ditanya beberapa pertanyaan seperti tujuan ke Filipina (untuk liburan), berapa lama liburan (4 hari 3 malam), pekerjaannya apa (di perhotelan) dengan siapa (suami), suaminya orang Filipino (bukan, orang Australia), ada tiket pulang/ keluar dari Filipina dan tunjukan buktinya). Setelah dipikir-pikir, lumanya juga pertanyaan yang aku dapat.

Setelah keluar dari bandara ternyata lebih ramai dari pada dalam bandara. Di terminal kedatangan langsung bisa terlihat booth yang jual kartu sim hp. Katanya hanya ada dua provider telepon yang besar di Filipina yaitu Global dan Smart. Booth nya saling bersebelahan, jadi tinggal dipilih yang mana paket yang sesuai dengan kebutuhan dan budget kalian. Namun memang harga paket di bandara lebih mahal dibandingkan diluar bandara seperti di mall maupun branch nya. Aku tidak punya informasi harganya karena kita mengandalkan rooming dari provider ‘Vodavone’ dari Australia yaitu 50k per hari (150gb) dan 1000 menit (international call). Kita juga ambil uang PHP (Filipina Peso) dari atm yang tepat berada di samping booth provider sim card. Paling enak kalau punya bank yang tidak mengenakan biaya penarikan diluar negeri.

Dari bandara, kita naik taxi ke tempat penginapan kita di Makati. Trik nya, kita ambil taxi dari terminal keberangkatan. Kita nunggu taxi yang baru drop penumpang dan dapat juga taxi yang mau pakai meter dan bisa melalui jalan tol (sangat membantu karena daerah Makati juga itu super macet). Harga meternya hanya php 150 (Rp. 40k) plus harga tol php 35 (Rp 9700). Beberapa sopir taxi yang kita tanya, mereka minta diatas 600 php katanya macet bisa sampai 2 jam. Jadi karena bapaknya baik, kita kasih tip. Ada juga counter grab di terminal kedatangan. Kita sempat coba pesan grab pakai aplikasi, mungkin karena jam sibuk sekitar jam 6 sore, tidak ada sopir grab yang mau anterin kita.

Alternatif yang lebih murah, kalian bisa naik bus bandara warna putih (dengan tulisan ‘airport loop’) dan turun di Pasay city (Taft-ESA) dengan harga 20 php lalu lanjut naik MRT line 3 ke Ayala Mall (SM Mall) di Makati.

Holiday Inn & Suits Makati

Selama 4 hari 3 malam, kita akan menginap di Holiday Inn & Suites di daerah Makati, Metro Manila. Makati terkenal sebagai pusat bisnis, perdagangan, dan keuangan di manila. Banyak gedung perkantoran pencakar langit, pusat perbelanjaan, hotel, restoran dan hiburan malam di distrik ini. Dimana terlihat berbeda dari distrik lainnya karena lebih aman, moderen, bersih, dan berkembang pesat. Hotel ini berada di atas mall, tepatnya lobby hotel ini terletak di lantai 4 di Glorietta/ Ayala mall. Dari Lobby nya juga bisa langsung akses ke Glorietta 4 dan Glorietta 3 (mallnya luas dan besar, total ada Glorietta 1-5).

Kita dapat harga 1.7 juta per malam untuk kamar standar, melalui aplikasi online nya (IHG) dan sudah termasuk buffet breakfast untuk 2 orang. Untungnya kita dapat upgrade room karena kita punya status Platinum di chain internasional hotel IHG. Selain itu bisa check in lebih awal atau check-out sampai jam 3 pm dan welcome drink. Kamarnya lumanyan besar, ada colokan internasional nya, ada bantal yang soft dan yang firm, juga pressure air untuk shower nya bagus. Hotel memiliki kolam renang luar ruangan, gym, sauna, dan bar (namanya ‘Oz bar’) yang berada di lantai 20 roof top. Ada dua kolam yaitu untuk anak-anak dan satunya lagi untuk orang dewasa. Banyak juga pilihan tempat duduk (beach chair) disekitar kolam renang. Vibe nya sudah bagus, namun sayangnya bar nya tidak terlalu terawat.

Terdapat restoran ‘Flavour’ yang buka untuk makan pagi, siang, dan malam yang berada di lantai 4 Lobby. Begitu juga dengan bar/cafe di lantai yang sama, dimana terdapat Starbucks untuk minuman kopi disini. Fasilitas hotel juga bervariasi dari outdoor pool, sauna, dan gym. Makan pagi bervariasi dari makanan Filipino, makanan internasional, makanan vegetarian (hot food), bubur ayam, sushi, aneka roti (termasuk spanish bread), aneka pastry, pizza, eggs station, noodle soup station, dessert (waffle and pancake, fresh to cook), jus, dan sebagainya. Di Resto nya juga ada pilihan buffet untuk makan siang dan makan malam dengan spesial makanan Mongolia juga dari 14 Juli sampai 31 Agustus 2023. Sempat research juga di internet, ternyata di Manila banyak juga tempat makan buffet/ all you can eat, mulai dari hotel sampai restoran punya menu ini.

Secara keseluruhan, aku merekomendasikan hotel ini karena lokasi yang strategis, punya akses langsung ke mall, dan staff nya yang friendly dan attentive. Dari awal tiba di hotel, salah satu staff memeriksa taxi yang kita tumpangi untuk memastikan kita tidak ketinggalan barang, resepsionis yang ramah & informative, makan pagi, sampai keluar dari hotel, pelayanannya sangat baik. Staff hotelnya juga berbicara bahasa Inggris dengan baik. Menurut Wikipedia, terdapat sekitar 60% dari populasi orang Filipina ternyata bisa berbahasa Inggris dengan baik. Selama jalan-jalan di Manila, kita tidak pernah menghadapi masalah bahasa.

Karena hari sudah larut, sampai di hotel kita hanya mandi, pesan grab food ‘Yoshinoya’, makan malam sambil nonton semi final Women World Cup antara Australia dan Inggris; dan tidur. Kita pesan beef yakiniku 234 php (Rp. 65k) dan Gyudon cheese 330 php (90k). Dari dulu pengen cobaiin, dan ternyata enak banget, apalagi saus dan dagingnya yang meleleh di mulut. Hanya porsinya saja yang kurang besar dengan harga segitu, mungkin kalau makan di restorannya dikasih porsi lebih banyak kali yah.

View dari kamar

Hari ke-2

Chinatown (Binondo)

Hari ke-dua di Manila, kita akan ke area Binondo, Divisoria, dan Intramuros. Kita naik Grab dari hotel ke Binondo harganya 333 php (90k Rupiah). Binondo adalah Chinatown tertua di dunia yang didirikan oleh Gubernur Spanyol, Luiz Perez Dasmarinas pada tahun 1594. Disini kalian akan melihat warisan budaya Tionghoa dan Spanyol yang kuat dari arsitektur, budaya, dan kulinernya. Terdapat kuil-kuil Tionghoa, begitu juga dengan Gereja Katolik St. Lorenzo Ruiz.

Ongpin street adalah jalan utama Binondo yang terkenal sebagai pusat perbelanjaan dan kuliner. Kalian akan menemukan berbagai toko perhiasan, barang-barang tradisional Tionghoa, street food, dan sebagainya. Sedangkan Pasar Seng Poon merupakan salah satu pasar yang terkenal di area ini yang menjual barang-barang Tionghoa, rempah-rempah, makanan dan masih banyak lagi. Bisa dibayangkan kalau perayaan Imlek pasti akan meriah di area ini dengan lampion dan ornamen yang penuh warna. Disini juga kalian akan menemukan banyak kabel super kusut dimana-mana.

Karena masih kenyang dan matahari sudah sangat terik, kita hanya beli minuman dingin chat-time 150 php (40k). Tidak ada tujuan yang spesifik, kita hanya jalan-jalan saja menelusuri jalan utama dan gang-gang yang membawa kita ke Divisoria market termasuk mall 999 dan 168. Divisoria market ini mengingatkan aku di Mangga dua mall di Jakarta. Divisoria ini ternyata dimulai sejak awal abad ke-19 saat kolonisasi Spanyol di FIlipina. Kemudian baru di pertengahan 1990-an, pasar ini bertransisi menjadi mall. Sebagai pasar terbesar di Manila, kalian bisa temukan apa saja disini mulai dari baju, tas, sepatu, mainan anak dan sebagainya dengan harga terjangkau.

Di divisoria mall ini kita hanya eye-shopping saja karena bukan tipe yang doyan belanja. Paling tidak kita makan saja di food court nya hanya dengan 70 php (20k) kita sudah dapat 1 porsi nasi dan 2 porsi lawuk yang bisa kita pilih (kayak makan di warung yah). Toilet di mall ini juga bayar 10 php (2800 Rp) per orang.

Indramuros

Pengen jalan kaki, ngak kuat sama terik mataharinya super intense, jadi kita putuskan naik grab lagi tepatnya dari Gereja St. Lorenzo Ruiz ke Fort Santiago di Indramuros, kita bayar 137 php (38k). Intramuros adalah kawasan kota tuanya Manila. Arti namanya sendiri berasal dari bahasa Spanyol yaitu ‘within the wall’, karena memang area dan tembok batunya dibangun oleh bangsa Spanyol di abad ke-16 sebagai tembok pertahanan. Manila yang memiliki pelabuhan strategis kemudian menjadi pusat aktivitas kolonial dan pusat pemerintahan Spanyol di Asia Tenggara. Sekarang seperti kota sendiri, Intramuros ini memiliki banyak bangunan peninggalan jajahan Spanyol dan masih banyak diantaranya yang digunakan/ difungsikan. Banyak bangunan dan tembok yang mengalami kerusakan parah akibat perang. Namun kemudian di restorasi, sehingga ada yang menjadi rumah sakit, perguruan tinggi, kantor administratif pemerintahan, museum, dan sebagainya.

Fort Santiago

Fort Santiago adalah benteng pertahanan yang bersejarah yang dibangun pada tahun 1571. Untuk masuk, kita harus belit tiket masuk dulu di loketnya, sebesar 75 php (20k) per orang dewasa (hanya bisa dibayar tunai). Harga tiket nya sama untuk turis maupun lokal. Benteng ini sudah beberapa kali menjadi saksi pusat kekuatan asing yang dulunya berada di Filipina yaitu Spanyol (1571-1898), British (1672-1764), Amerika (1898-1946), dan Jepang (1942-1945).

Sekarang tempat ini dibuka untuk umum setiap hari dari jam 9am-8pm sebagai museum yang didedikasikan untuk mengenang Dr. Jose Rizal yang berperan penting dalam sejarah Filipina. Dimana tempat ini dulu digunakan sebagai tempat penahanan dan eksekusi mati ‘Jose Rizal’. Di museum ini, kalian bisa melihat replika tempat penahanan Jose Rizal dan koleksi artefak yang menggambarkan kehidupan dan kontribusi beliau. Sekarang tempat ini biasa digunakan sebagai tempat pertunjukan seni dan pameran budaya yang bertujuan untuk mempromosikan warisan budaya Filipina.

Dari benteng ini, kita juga bisa menikmati sungai Pasig yang tepat berada di tengah kota Manila yang membagi kota bagian utara dan selatan. Dari sini juga bisa melihat jembatan yang menghubungkan Intramuros (kota tua Manila) dan Binondo, jembatan yang dibangun oleh pemerintah China sebagai hadiah atas persahabatan kedua negara. Jangan lupa bawa topi atau payung, dan air minum yang cukup apalagi kalau kalian datang saat matahari lagi terik. Tempat ini seperti museum terbuka, dari satu spot ke spot yang lain kalian harus jalan dibawah matahari. Hanya di museum Rizal yang ada di dalam ruangan ber-ac.

Katedral Manila

Kota tua ini lumayan luas sekitar 64 hektar, jadi kita hanya berkunjung ke beberapa tempat yang populer saja salah satunya Katedral Manila. Kita hanya jalan kaki saja di Intramuros dari satu spot ke spot yang lain. Tempat ini merupakan gereja utama Keuskupan Agung Manila dan tempat penting dalam sejarah Katolik di Filipina. Gereja ini juga masih aktif digunakan untuk kebaktian dan upacara keagamaan. Dibuka setiap hari dari jam 7am-5pm, gratis. Gereja yang berumur 65 tahun ini resmi didirikan pada tahun 1571.

Katedral Filipina

Palacio Del Gobernador

Sebelum sampai ke Katedral Manila, kita sempat melewati Palacio del Gobernador. Ternyata tempat ini adalah bangunan bersejarah yang dibangun pada awal abad ke-18 yang berfungsi sebagai kediaman resmi Gubernur Spanyol di Filipina. Kemudian, ketika berpindah kekuasaan, bangunan ini menjadi pusat administratif bagi pemerintahan kolonial Amerika. Lalu pada tahun 1945, selama pertempuran Manila dan Perang Dunia II, bangunan ini mengalamai kerusakan parah akibat pertempuran sengit antara pasukan Amerika dan Jepang. Tidak sampai disitu, sempat beberapa kali mengalami kerusakan berat akibat gempa bumi. Bangunan yang sakarang adalah hasil restorasi di tahun 1976 dengan bentuk yang sama dengan bangunan asli nya.

Sekarang bangunan ini digunakan sebagai kantor Administrasi Pemerintahan Intramuros, Komisi Pemilihan Umum, dan Kantor Wilayah Ibu Kota Negara. Sehingga kita tidak bisa masuk di dalamnya. Jadi kita hanya bisa menikmatinya dari luar gedung saja.

Gereja San Agustin

Kemudian kita lanjut lagi jalan kaki ke Gereja San Agustin, Gereja tertua yang masih berdiri dan aktif digunakan sebagai tempat ibadah di Filipina. Gereja ini juga merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO yang dibangun antara tahun 1587 dan 1606, sudah berumur lebih dari 400 tahun.

Casa Manila Museum

Tempat ini adalam museum yang berisi rekonstruksi sebuah rumah kolonial di abad ke-19 yang menggambarkan gaya hidup masyarakat elit pada masa hidup yang hidup di dalam Intramuros ini. Cerita ini mengingatkan aku tentang kota tua yang ada di semarang, kalau kalian penasaran kalian bisa cek cerita perjalanan aku di Semarang yah. Di dalam museum ini kalian bisa menemukan furnitur antik, perabotan, keramik dan barang-barang yang digunakan pada zamannya. Ada juga pemandu yang bisa memberikan informasi yang lebih rinci tentang sejarah dan artefaknya, dengan tambahan biaya sendiri. Tiket masuk nya sebesar Php 75 (RP. 20k) per orang.

Rizal Park

Tidak jauh dari Intramuros, kalian akan menemukan taman hijau yang cukup luas dan nyaman untuk bersantai ataupun sekedar berjalan-jalan. Ada juga area bermain untuk anak-anak, yang menjadikannya ramah keluarga. Ternyata taman Rizal ini merupakan salah satu tempat ikonik dan bersejarah. Dimana taman yang dibangun pada tahun 1902 ini didedikasikan untuk mengenang Dr. Jose Rizal sebagai pahlawan nasional Filipina yang berperan dalam pergerakan kemerdekaan Filipina dari penjajahan Spanyol. Di tengah taman terdapat Monumen Rizal yang menandai tempat dimana Rizal di eksekusi oleh pasukan Spanyol pada 30 Desember 1896.

Hari sudah mulai sore, kita coba pesan grab balik ke hotel. Tidak ada yang mau terima pesanan kita. Terpaksa coba nego sama taxi, katanya ke arah makati macet parah, jadinya kita setuju dengan harga 600 php (Rp. 160k).

Makan malam kita hanya nyobain sate ala Filipina di Andoks. Ternyata enak BBQ sate babi nya yang dimakan dengan saus Chilli Vinegar. Kita sampai khilaf pesan 15 sate (php 628 / Rp. 173k) dan paket nasi, saus, & dua tusuk sate harganya php 142 / Rp. 39k. Biasanya sate di Filipina juga banyak dagingnya dengan potongan daging yg besar dan hanya satu lemaknya.

Bagi mereka yang tidak bisa makan babi, kalian bisa juga koq dapat restoran makanan halal. Walaupun mayoritas Kristen di Filipina dan kebanyakan dari mereka suka banget makan daging-dagingan termasuk daging babi, khususnya kota Manila, mereka memiliki banyak komunitas internasional jadi kalian lebih mudah cari makan makanan halal disini. Pastikan saja double check dengan staff nya dan common sense. Anw, distrik Quiapo dikenal bermayoritas penduduk beragama muslim di Manila. Disini juga banyak restoran makanan halal.

Hari Ke-3

Transportasi Umum

Kali ini, kita nyobain naik transportasi publik ke salah satu mall hitz di Manila. Terdapat berbagai jenis transportasi umum yang kalian bisa pilih seperti MRT, LRT, rapid bus, Jeepney, Tricycle, dan ojek/taxi online. Dari hotel kita naik MRT Ayala yang bisa kita akses dari SM Makati mall di lantai 3 (lumayan jalan dalam ruangan yang adem ber-ac). Sampai di stasiun MRT, kita ikutin aja warga lokal antri beli tiket di loket dan harganya php 13 (Rp. 3600) per orang untuk sekali jalan dan turun di statiun Taft. Seperti naik MRT pada umumnya, kita dapat kartu untuk digunakan naik MRT. Setelah melewati palang tiket, kita tinggal ke platform yang menuju stasiun Taft untuk ke SM Mall of Asia. Padahal pengen bawa pulang kartu MRT nya sebagai souvenir, namun sayangnya kartu-nya itu bukan yang sekali pakai. Jadi mereka reused kartunya, bagus banget untuk lingkungan. Anw, siapa nih yang kayak aku, koleksi kartu transportasi umum dari berbagai negara yang dikunjungi?!. (Ehehe).

Satu hal lagi yang aku notice di Filipina khususnya di Manila, dimana-mana terdapat pemeriksaan tas oleh sekuriti seperti masuk di stasiun MRT, LRT, hotel, mall, dan berbagai daerah publik lainnya. Mungkin salah satu alasannya karena negara ini melegalkan kepemilikan senjata api untuk warga sipil. Bahkan ada profesi tertentu seperti wartawan, dokter bisa membawa senjata saat bertugas. Namun memang proses untuk memperoleh izinya cukup ketat dan memerlukan izin dari pihak berwewenang seperti polisi. Izin ini biasanya juga diberikan untuk alasan tertentu seperti keamanan pribadi.

Kirain tinggal jalan kaki saja ke mall nya, ternyata masih harus naik bus lagi sekali dan kalaupun jalan kaki masih harus jalan sekitar 30 menit lagi. Buset udaranya panas banget kayak di Indo, ramai banget juga, dan untuk ke stasium pemberhentian bus juga agak bingung caranya kesana. Di depan stasiun Taft banyak banget warga lokal yang naik Jeepney (mikrolet ala Filipina) dan ternyata gampang banget dan murah meriah. Di depan dan samping Jeepney nya ada rute nya bertulisan ‘SM MoA’. Cara naik Jeepney ini juga sama banget kayak ‘mikrolet’ di Indo, kita tinggal lambaikan tangan saja untuk mendapat atensi / sopir melihat kita mau naik. Nanti di pinggir jalan ramai juga biasanya tiba-tiba ada ‘kenek’ random teriak rute mikrolet seperti SM MoA. Mereka tidak memiliki tempat pemberhentian khusus seperti bus, jadi kita sebenarnya bisa naik turun di mana saja. Setelah penumpang semua naik atau mobilnya penuh, ‘kenek’ yang biasa beroperasi di daerah atau spot itu, dapat sejumlah uang dari sopir Jeepney dan langsung lanjut jalan lagi. Ada dua jenis Jeepney, ada yang pakei AC alam biasanya harganya mulai dari php 12 dan yang pake AC itu harga nya mulai dari php 14 tergantung rute nya. Di dalam Jeepney, kita duduk berhadap-hadapan dan biasa ada juga yang berdiri di dalam mobilnya seperti di MRT/ LRT loh. Cara bayarnya juga unik, jadi kita akan mengoper uang kita ke penumpang disamping kita dan diteruskan sampai ke sopirnya. Cara yang sama juga dilakukan saat sopirnya memberikan uang kembalian. Kalau kalian mau turun, katakan saja ‘Para Po’ artinya ‘berhenti, please’. Seru juga….

Sebenarnya Jeepney ini dulunya digunakan anggota militer Amerika ketika mereda menguasai Filipina, kemudian kendaraan yang ditinggalkan tentara Amerika ini digunakan warga lokal sebagai transportasi umum dengan harga yang murah meriah. Mobilnya dicet dengan warna yang ngejreng juga, menjadi sangat eye catching. Dari rumor yang beredar, katanya pemerintah lagi merencanakan untuk mempensiunkan Jepney dan diganti dengan angkutan umum listrik.

Jeepney

SM Mall of Asia (MoA)

Akhirnya kita bisa mengunjungi pusat perbelanjaan raksasa terbesar ke-4 di FIlipina dan ke-7 di dunia (menurut Wikipedia). Mall ini berada di pinggir teluk Manila, pemandangan nya cantik dimana kita bisa menikmati matahari terbenam yang indah. Kita sempat jalan-jalan sampai di pinggiran teluk Manila, namun di siang hari agak sepi disini, namun banyak banget orang di sore hari yang nongkrong disini. Terdapat beberapa pilihan hiburan untuk berbagai usia seperti sewa sepeda, bumper car, bianglala, dan sebagainya. Berjejer juga beberapa jenis restoran dengan pemandangan teluk Manila. Anw, ternyata tidak susah cari tempat sampah di area publik, salah satunya di Seaside Boulevard ini.

SM by the Bay

Di dalam mall, kita sampai bingung mau kemana saja, saking besarnya. Untung saja ada event Expo dari pemerintah Indonesia sebagai bagian dari ulang tahun kemerdekaan Indonesia 17 Agustus. Paling tidak kita punya tujuan di Mall ini, soalnya aku kurang suka belanja. Jadi rindu masakan Indonesia. Kita dapat teh pucuk botol yang dibagikan gratis. Pengen banget beli makanan padang, wanginya bikin ngiler. Namun kita masih kenyang banget dari buffet breakfast, jadi kita hanya beli es krim ‘Aice’. Baru tau ternyata es krim Aice ini dari Indonesia, yum. Kita juga dapat ‘gantungan kunci’ sebagai hadiah menang putar wheel. Asik.. Banyak juga produk indonesia yang buka booth di Expo ini seperti Marina, Sasa, Milkita, Astra, Good day coffee, Kukis, Mayora, Energen, Jco, Tolak Angin, dan sebaginya. Ada juga yang jualan batik, keren..

Kita juga coba main panahan untuk pertama kali yang berada di dalam mall. Harga nya juga lumayan terjangkau, 325 php (Rp. 88k) untuk 30 menit sudah termasuk sewa perlengkapan panahan dan diajarin basic nya juga. 20 menitan saja main, tangan ku sudah gemetaran. Terlihat gampang, ternyata lama-lama tangan jadi remuk juga karena narik busur. Secara keseluruhan, permainannya menarik dan seru juga.

Nemu juga tempat kretek disini. Suami saja yang pengen banget nyobain. Harganya 3150 php (869k Rupiah) sekitar 30-an menit, sudah termasuk konsultasi, pengecekan postur tubuh dan treatment (adjustment). Suami ditangani Dr. Huggo yang berasal dari Kanada. Lumayan mahal, namun worth it koq. Posture suami improved. Suami juga disaranin ikutan yoga supaya badannya tidak terlalu kaku. Pelayanan dan prosedurnya juga efektif dan efisien.

Setelah seharian cuci mata dan jalan-jalan di mall, kita langsung balik ke peginapan naik grab. Tarif grab nya php 310 (Rp. 85k). Kalau di Indonesia, naik Grab bisa milih antara mobil atau motor, sedangkan di Filipina Grab itu hanya ada pilihan mobil. Kalau kalian budget traveller yang jalansendiri ataupun pengen aja naik ojek online untuk menembus kemacetan kota Manila, kalian bisa download ojek online lokal yaitu Angkas (warna biru muda), Joy Ride (warna biru tua), dan yang terbaru ‘Move It’ (warna merah). Namun kalian harus punya nomor lokal (+63) untuk bisa akses aplikasi ini.

Jollibee

Cape banget jalan-jalan seharian, sampai hotel kita hanya mandi, makan malam sambil nonton Women’s World Cup Quarter final Australia vs England (omg seru banget), dan tidur. Untuk makan malam, kita cobain waralaba makanan cepat saji yang ikonik di FIlipina. Sudah lama pengen coba Jollibee. Kita pesan beberapa menu favorit mereka yaitu Chicken joy (ayam goreng crispy yang jadi signature dish nya), Jolly Saghetti (sausnya manis dengan saus tomat, daging cincang, potongan hot dog, dan keju), Yumburger php 40 (isian daging sapi, saus khusus, mayo dan sayur segar), Chicken burger, dan Peach Mango Pie php 59. Ayam nya renyah dan enak, cuman menurut aku dagingnya terlalu kering. Kalau biasanya kita makan ayam crispy dengan sambal atau saos tomat, di Filipina mereka makannya pakai saus gravy.

Kita ke salah-satu resto nya yang ada di mall samping hotel, banyak banget orang, ada sekitar 5 baris antrian. Jangan khawatir, ada staff nya yang ngambil pesanan kita dan tulis di sebuah kertas yang nanti kita tinggal berikan ke staff kasir nya. Bagus juga untuk mempercepat antrian dan staff nya juga sangat friendly.

Satu hal yang aku notice selama di Manila, ternyata disini banyak banget merek-merek atau waralaba internasional bahkan yang tidak pernah aku temukan di Australia seperti Tim Hortons, Popeyes, Lawson, Family Mart, dan sebagainya. Walaupun banyak merek internasional, Jollibee sebagai merek kebanggaan Filipina ini sangat populer dan bisa bersaing di negaranya sendiri. Bahkan Jollibee telah mengalami ekspansi internasional yang signifikan, dengan restoran yang sudah dibuka di 34 negara di dunia seperti di Singapore, London, UAE, US, Italy, dan sebagainya.

Hal yang Perlu Diketahui Sebelum ke Filipina

  • Mata uang Peso Filipina (PHP). 1 Peso = 280 Rupiah
Sumber: Wikipedia
  • Bahasa Tagalog adalah bahasa nasional Filipina sejak tahun 1937, yang merupakan salah satu bahasa utama yang digunakan dan berasal dari masyarakat asli di wilayah Tagalog di utara pulau Luzon. Bahasa ini berasal dari rumpun bahasa yang sama dengan Indonesia maupun Malaysia, itu kenapa ada banyak kata yang sama atau mirip dengan arti yang sama maupun sama sekali berbeda. Tidak perlu khawatir kalau tidak tau bahasa Tagalog, karena bahasa Inggris disini merupakan bahasa resmi kedua yang digunakan secara luas. Menurut sumber di Internet, lebih dari 60% masnyarakat Filipina bisa berhasa Inggris dengan baik. Berawal saat pernah dijajah oleh Amerika Serikat, negara ini memasukan bahasa Inggris ke dalam sistem pendidikan atau kurikulum di Filipina. Selain itu, mulai dari iklan di tempat umum, berita di Televisi, koran, majalah, dan sebagainya ditulis dalam bahasa Inggris.
  • Orang Filipina terkenal sangat friendly apalagi bahasa Inggris mereka sangat baik, jadi lebih mudah lagi kalau kita ingin bertanya sesuatu.
  • Filipina merupakan negara dua musim seperti Indonesia yaitu musim hujan dan kemarau. Musim kemarau di Manila berlangsung dari Desember hingga Mei, dimana biasanya musim yang banyak turis. Sekitar bulan Januari dan Februari cuacanya paling sejuk sekitar 23-28c. Sedangkan musim hujan dimulai biasanya di bulan Juni hingga November. Selama periode ini, kota ini juga mengalami curah hujan yang lebih tinggi dan cuaca nya yang lembap. Letaknya yang berada di jalur pasifik yang sering dilalui badai taifun yang dapat menyebabkan banjir dan angin kencang yang bisa sangat merusak. Sempat baca di internet, puncak musim taifun biasanya terjadi di bulan Juli sampai September dan bulan Agustus seringkali menjadi bulan dengan aktivitas taifun mencapai puncaknya.
  • Kartu Sim. Terdapat dua penyedia kartu sim dan jaringan internet data Hp yang besar disini yaitu Smart dan Globe. Smart lebih murah namun Globe memiliki jaringan dan jangkauan yang lebih baik dan luas. Kalian bisa beli kartu sim ini di terminal kedatangan di bandara, namun pastinya harganya lebih mahal dibandingkan diluar bandara, bahkan bisa beli di 7-11 / convenient store. Ada berbagai pilihan paket dari harian, 3 hari, 5 hari, dan sebagainya, yang kalian bisa pilih sesuai kebutuhan dan budget kalian.
  • Sebagai salah satu kota terpadat di dunia, kemacetan di Manila juga sangat parah, berasa di Jakarta. Untungnya ada ojek online yang sangat membantu bisa selip-selip di kemacetan. Bisa juga naik MRT untuk menghindari kemacetan namun walaupun jalurnya bisa menjangkau di berbagai distrik namun tidak menghubungkan ke tempat-tempat turis. Kalaupun bisa naik MRT/ LRT, kita tetap harus nyambung lagi entah bus, jeepney maupun taxi/ojek online.
  • Uang tunai. Tidak semua tempat pembelian bisa menerima pembayaran menggunakan kartu. Pastikan kalian memiliki uang tunai PHP Philippine Peso. Apalagi kalau kalian naik Jeepney atau Tricycle. Kalian akan membutuhkan uang kecil dan koin.
  • Air keran di Filipina tidak bisa diminum, namun di tempat makan (restoran atau cafe) mereka selalu menyediakan air minum gratis yang diambil sendiri. Bahkan di food court di beberapa mall seperti Ayala mall, mereka punya tempat untuk refill air minum gratis. Jangan lupa bawa botol air minum untuk isi ulang saat kita makan diluar. Lumayan hemat air minum kemasan.
  • Terdapat keuntungan dan fasilitas bagi lansia dan penyandang disabilitas, dimana mereka juga disini sangat diperhatikan, seperti diskon 20% untuk makan di restoran, ada meja khusus untuk mereka, parkiran khusus, antrian khusus, diprioritaskan, dan sebagainya. Biasanya hal seperti ini aku sering lihat di negara-negara barat yang sudah maju.
  • Pemegang passport Indonesia tidak perlu visa untuk berkunjung ke Filipina dengan maksimal kunjungan 30 hari.
  • Banyak banget mall di Manila dan spread out (bertebaran dimana-mana). Lumayan banyak tempat untuk mendinginkan diri setelah jalan-jalan diluar ruangan dengan cuaca di Manila yang sama dengan Indonesia.
  • Colokan listrik.